NASA: Bumi Setelah Kiamat Mengerikan, tapi Manusia Bisa Selamat

Ilustrasi kiamat.
Sumber :
  • World Anvil

VIVA – Matahari adalah bintang di pusat Tata Surya, yang merupakan bulatan plasma panas yang menjadi sumber energi terpenting bagi kehidupan di Bumi. Meskipun tidak berubah secara dramatis selama lebih dari empat miliar tahun, namun para ilmuwan percaya Matahari sudah menjalani setengah dari siklus hidupnya.

Dilansir dari situs Express, Kamis, 7 Januari 2021, ilmuwan memperkirakan lima miliar tahun lagi Matahari akan kehabisan energi dan secara drastis mengubah Tata Surya.

Mereka juga percaya ketika Matahari mulai tumbuh secara dramatis maka lapisan luarnya akan mengembang sampai menelan planet, termasuk Bumi. Para astronom menamakannya sebagai Fase Raksasa Merah, bahasa lain dari kiamat.

Namun, Penyelidik Utama Misi New Horizon Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA), Alan Stern, menyebut kendati hal itu bisa membunuh semua kehidupan yang ada di Bumi tetapi juga dapat menciptakan dunia yang dapat dihuni di planet paling dingin di kosmos.

"Di akhir kehidupan Matahari atau memasuki Fase Raksasa Merah (kiamat), Sabuk Kuiper (objek Trans Neptunus) akan menjadi seperti Pantai Miami," kata dia. Stern meyakini bahwa setiap manusia yang tersisa dari hantaman raksaa merah dapat berlindung di Pluto dan planet kerdil lainnya di Sabuk Kuiper.

Sabuk Kuiper merupakan wilayah yang melewati Planet Neptunus yang dipenuhi dengan batuan es. Saat ini planet kerdil seperti Pluto menyimpan batuan es yang melimpah dan bahan organik yang kompleks, serta beberapa di antaranya diperkirakan memiliki lautan luas di bawah permukaan.

Stern menjelaskan suhu permukaan pada benda-benda luar angkasa ini ratusan derajat Celcius di bawah titik beku. "Ketika Matahari menjadi raksasa merah maka suhu di permukaan Pluto menjadi hampir sama dengan suhu rata-rata di permukaan Bumi seperti sekarang," jelasnya.

Penelitian yang diterbitkan oleh Jurnal Astrobiology pada 2003 itu menjelaskan bagaimana Stern melihat kesempatan adanya kehidupan di Tata Surya bagian luar setelah Matahari memasuki tahap akhir.

Tiga tahun kemudian, atau tepatnya pada 2006, Stern bertanggung jawab atas wahana antariksa antarplanet NASA yang dikirim ke Pluto sebagai bagian dari Misi New Frontiers untuk memajukan pemahaman manusia tentang misteri Tata Surya.