Presiden AS Donald Trump Mati Akal Tundukkan China
- Daily Tribune
VIVA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump hampir mati akal menundukkan China. Bagaimana tidak? Meski Paman Sam 'menghukum' Tirai Bambu lewat sanksi perdagangan yang membuat Huawei menjadi korban, tetapi hal itu tidak membuat China takluk.
Lihat saja. China sukses mengirim dua wahana antariksa tanpa awak ke Bulan dan Planet Mars. Lalu, kapal selam China, Fendouzhe, baru saja mencapai salah satu tempat terdalam di Palung Mariana, yaitu 10.909 meter, pada awal bulan ini.
Belum selesai membuat panas Trump, China lagi-lagi menciptakan rekor bahwa komputer kuantum bernama Jiuzhang adalah yang paling kuat di dunia, yakni 10 miliar kali lebih cepat daripada milik Google, yang notabene raksasa teknologi AS berbasis di Silicon Valley.
Selanjutnya, Beijing sukses menyalakan Matahari buatan untuk pertama kalinya, serta berniat memperluas kemampuan modifikasi cuaca, yang dikhawatirkan AS menjadi senjata militer. Lantas, Trump mau berbuat apa di saat jabatannya mau berakhir pada 16 Januari 2021?
Ia mengeluarkan kebijakan baru terkait ruang angkasa. Kebijakan nasional yang baru ini menguraikan prinsip-prinsip dasar, dan prioritas utama, kegiatan luar angkasa AS yang beragam ke depannya.
Mengutip situs Space.com, dokumen tersebut memiliki empat tujuan utama tingkat atas. Ia menyebut bahwa dokumen itu isinya memperluas sektor luar angkasa komersial AS, meningkatkan kerja sama internasional, melanjutkan kegiatan sains dan eksplorasi yang ambisius, serta memperkuat keamanan nasional dan kepemimpinan AS di luar angkasa.
"Dengan memetakan jalur yang jelas untuk aktivitas luar angkasa Amerika, maka kebijakan ini menegaskan kembali kepemimpinan kami dalam domain luar angkasa dan status kami sebagai negara penjelajah antariksa terkemuka di dunia," tegas Trump, saat rapat bersama Dewan Luar Angkasa Nasional (NSC).
Pemerintahan Presiden Donald Trump menaruh perhatian besar pada ruang angkasa selama empat tahun terakhir. Sebelumnya, ia telah menandatangani lima arahan kebijakan luar angkasa, termasuk satu yang mengarahkan NASA untuk mengembalikan astronot ke Bulan sebagai pendahulu misi berawak ke Planet Mars.
Trump juga telah membentuk Angkatan Luar Angkasa, cabang militer baru pertama negaranya sejak Angkatan Udara AS (US Air Force) dibentuk pada 1947. NSC juga telah dihidupkan setelah tidak aktif sejak awal 1990-an, lantaran runtuhnya Uni Soviet.
"Kami sangat khawatir akan nasib dominasi Amerika di ruang angkasa, yang belakangan ini mendapat ancaman serius dari China dan Rusia. Kita tidak tahu apa yang mereka (China dan Rusia) lakukan. Bisa saja mereka mengembangkan teknologi antisatelit yang tujuannya menghancurkan satelit Amerika. Itu sangat mungkin terjadi," jelasnya.
Sebagai informasi, China menjadi satu-satunya negara yang menginjakkan kakinya di Bulan setelah 40 tahun sejak Misi Luna 24 oleh Uni Soviet, kini Rusia. Misi Chang'e 1-4 menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berhasil mendarat di Bulan, tapi juga mampu mengoperasikan robot penjelajah.
Chang'e memiliki tugas untuk mengambil sampel dan mengembalikannya ke Bumi. Apa yang dilakukan China tidak bisa diikuti India dan Israel, di mana kedua negara tersebut mengalami kegagalan mengirim wahana antariksa nirawak ke satelit alami Bumi pada tahun lalu.