Ada yang Enggak Mau Lihat AS dan Huawei Berdamai

Salah satu gedung milik Ericsson.
Sumber :
  • Instagram/@inside_ericsson

VIVA – Jika Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Terpilih Joe Biden berdamai dengan Huawei, maka ada pihak yang merasa kecewa. Pihak tersebut adalah Ericsson. Raksasa telekomunikasi dan penyedia jaringan asal Swedia mengaku akan merugi jika hal itu benar-benar terjadi. Ericsson memberitahu ke para investornya jika AS dan Huawei berbaikan akan membuatnya merugi.

"Ketidakpastian geopolitik dan perdagangan yang berlangsung dari berbagai faktor mungkin memiliki dampak buruk pada bisnis, operasi, prospek bisnis Ericsson. Dan ini berakibat negatif kepada hasil operasi, kondisi keuangan, dan kemampuan untuk memenuhi target," demikian menurut keterangan resmi Ericsson, seperti dilansir dari The Register, Rabu, 11 November 2020.

Baca: Begini Nasib Huawei saat Joe Biden Menjabat Jadi Presiden AS

Buntut larangan Huawei berbisnis di Amerika Serikat (AS) memang memberi keuntungan tersendiri bagi Ericsson, khususnya di Inggris, di mana mereka telah memenangkan kontrak untuk mengganti kit dari rivalnya itu setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ingin menghapus Huawei dari jaringan seluler pada 2027.

Ericsson menyatakan jika perubahan kepemimpinan di AS akan membuat posisi Ericsson semakin tidak jelas. "Ketidakpastian, termasuk efek dari sengketa perdagangan yang sedang berlangsung terutama AS dan China, serta ketidakpastian tentang bagaimana perubahan pemerintahan AS menyusul hasil Pilpres 2020 yang bisa berdampak pada sengketa perdagangan," ungkap Ericsson.

Huawei telah resmi dilarang beroperasi di Amerika Serikat (AS) sejak 2019. Presiden Donald Trump menuding raksasa teknologi China menjadi ancaman keamanan dengan membangun backdoor ke dalam kitnya dan memungkinkan Beijing bisa dengan leluasa memata-matai penggunanya.

Sejak saat itulah Huawei terus membantah tudingan AS. Mereka juga menampik seluruh pernyataan Donald Trump karena tidak memiliki bukti. Bahkan, CEO Huawei Consumer Business Group, Richard Yu, juga pernah curhat soal kesulitan perusahaannya setelah keluar larangan dari AS. "Pemerintah Trump sangat tidak adil kepada kami," keluhnya.