Indonesia Punya Pasukan Elit Penangkal Serangan Siber

Ilustrasi serangan siber.
Sumber :
  • KFGO.com

VIVA – Serangan siber diprediksi akan terus berkembang di Indonesia. Baik dari segi taktik, teknik, maupun prosedur yang digunakan. Oleh karenanya perlu menjadi perhatian dalam meningkatkan kewaspadaan nasional.

Perkembangan teknologi membuat serangan siber di Tanah Air semakin mengkhawatirkan. Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN mencatat, lebih dari 325 juta serangan siber mulai dari Januari hingga Oktober 2020.

Dari jumlah itu, serangan paling dominan adalah jenis jebakan tautan phishing, Distributed Denial of Services (DDoS) dan ransomware. Kepala BSSN, Hinsa Siburian, mengaku telah mengambil langkah strategis untuk dapat mewujudkan keamanan siber nasional.

Langkah-langkah yang dilakukan antara lain meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) bidang siber dan sandi, penguatan National Security Operation Center (NSOC), serta pembentukan Computer Security Incident Response Team (CSIRT). Saat ini BSSN sedang proses membangun CSIRT di 121 kementerian dan lembaga (K/L).

“Di era digital seperti sekarang masyarakat harus diberi pengetahuan yang cukup terkait manfaat maupun kerentanan yang ada di ruang siber. Kalau mengamankan darat, laut, udara itu sudah ada TNI. Lalu, mengamankan ketertiban ada kepolisian. Nah, kami (BSSN) mengamankan ruang siber. Jadi harus punya pasukan elit yang disebut CSIRT,” ungkapnya, Selasa, 27 Oktober 2020.

Hinsa juga mengingatkan bahwa masyarakat perlu menjunjung nilai, adat istiadat, budaya bangsa Indonesia agar dapat memanfaatkan siber dengan baik.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Huawei Indonesia, Jacky Chen, mengatakan jika membangun dunia yang aman, cerdas, dan terhubung sepenuhnya merupakan tugas jangka panjang.

Dengan begitu membutuhkan upaya bersama antara industri dan regulator. Ia melanjutkan bila penyediaan kapasitas SDM yang terlatih agar bisa lebih waspada terhadap segala macam serangan siber dan mawas terhadap keamanan siber adalah penting di era digital saat ini yang saling terhubung dan tanpa batas.

"Kami telah membentuk tim insiden khusus dan proses respons kerentanan yang sesuai dengan ISO. Kami akan terus berbagi pemahaman tentang teknologi baru dan risiko keamanan dari serangan siber yang sesuai dan berorientasi masa depan serta kolaborasi inovatif," jelas Chen.