Sungai Ini Dulu 'Sarang' Sampah dan Bau, Kini Jadi habitat Ikan
- bbc
Saluran irigasi yang tadinya penuh sampah di sebuah kampung di Yogyakarta telah disulap menjadi habitat ikan dengan air jernih. Tidak hanya lingkungan yang berubah, tapi juga perilaku warga desa.
Keriuhan sejumlah bocah yang asyik memberi makan ikan-ikan, membahana di salah satu ruas saluran irigasi Kampung Mrican, Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakara (DIY).
Ditemani orang tuanya, anak-anak itu melemparkan pelet ke air jernih yang langsung disambut dengan lahap oleh ikan-ikan koi dan nila berukuran besar.
Saluran irigasi itu bernama Bendhung Lepen, destinasi wisata baru yang menjadi buah bibir di Kota Yogyakarta.
- Kehilangan anaknya yang meninggal, seorang ibu berupaya menyebarkan kebaikan dengan menyediakan internet gratis bagi pelajar
- Sejangkauan Tangan, gerakan swadaya berbagi sayur kepada warga saat pandemi
- Program swadaya masyarakat `cantelan`, dari sampah daur ulang jadi bantuan bagi ibu hamil
Dedi Setiawan (36), adalah salah satu yang penasaran. Dia mengajak istrinya serta kedua anak mereka untuk bertamasya, awal Oktober 2020.
Selain memberi makan ikan dan sesekali mencelupkan kaki ke air yang penuh dengan ikan, mereka bisa naik perahu yang disewakan warga.
"Tempatnya benar-benar enak untuk liburan keluarga. Penerapan protokol kesehatannya juga bagus. Ada tempat cuci tangannya dan sabun. Di area sini banyak [pengunjung] yang memakai masker. Aman untuk keluarga," kata Dedi kepada Furqon Ulya Himawan, wartawan di Yogyakarta yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Dulu tempat kumuh dan kotor
Tak banyak pengunjung yang tahu bahwa Bendhung Lepen dulunya tempat yang kumuh. Lokasi yang sekarang menjadi taman, dulunya adalah kandang hewan.
Aliran airnya irigasi juga kotor dan sering tersumbat karena banyak sampah. Tak jarang warga yang mengeluh bau tak sedap menguar dari sana.
Akan tetapi para pemuda Kampung Mrican punya ide cemerlang.
Pada awal 2019, sejumlah pemuda bergotong royong membersihkan saluran irigasi. Mereka mengangkut sampah yang menyumbat dan lumpur yang mengendap. Sedemikian lamanya tak pernah dibersihkan, sedimentasi endapan lumpur mencapai setengah meter.
Selang tiga bulan kemudian, setelah saluran irigasi bersih dari sampah dan lumpur, para pemuda menempatkan sekat di kedua ujung aliran air kemudian melepaskan beragam ikan.
"Maret kita lepas ikan, sekitar 1,4 kuintal. Macam-macam, ada koi dan nila. Kita gotong royonglah, kita mau bangun kampung ini biar makin bersih, saluran irigasi bersih, dipandang dari luar juga enak," kata Muhammad Nuris (25), ketua pemuda Kampung Mrican.
Disebut `kurang kerjaan`
Upaya para pemuda sempat tidak mendapat dukungan penuh warga. Tak sedikit yang menganggap apa yang dilakukan para pemuda sia-sia belaka.
"Kita dulu dibilang orang yang kurang kerjaan sampai mau-maunya bersihin saluran irigasi yang kotor dan penuh sampah begitu," kenang Nuris.
Menurut Suradianto, pemuda kampung Mrican yang sejak awal ikut membersihkan saluran irigasi dari sampah dan lumpur, sangat sulit mengubah perilaku warga.
"Sampai ada yang omong, `Itu ngapain kalian, kayak nggak ada kerjain lain saja`," kenang Suradianto pada masa awal membersihkan saluran irigasi.
Namun, tanpa banyak bicara, kerja keras menghasilkan lingkungan indah dan populasi ikan yang melimpah.
Panen ikan dua ton
Beberapa bulan setelah melepaskan ikan, para pemuda mulai mendulang hasilnya.
Saat panen pertama, sebanyak delapan kuintal ikan bisa dikumpulkan. Kemudian pada panen kedua, September lalu, lebih dari dua ton ikan berhasil dijual.
Para pemuda juga mendulang rupiah dari menjual pelet pakan ikan serta fasilitas memancing kepada pengunjung.
Seluruh penjualan mereka bagikan ke tempat ibadah dan panti jompo.
"Sebagiannya untuk kebutuhan operasional Bendhung Lepen," kata Suradianto yang sekarang menjadi koordiantor urusan perikanan di Bendhung Lepen.
Semua pencapaian ini tak hanya membuat lingkungan berubah, perilaku warga pun berganti. Mereka yang awalnya mencibir kini memuji dan turut menjaga lingkungan.
"Yang dulunya sering membuang sampah di irigasi, sekarang sadar dan membuang sampah pada tempatnya. Yang dulu cuek sekarang ikut bersih-bersih sampah di sini," kata Suradianto.
Tak ada aturan tertulis dilarang membuang sampah ke irigasi. Hanya saja kesadaran warga Mrican sudah terbentuk.
"Aturan wajib [menjaga kebersihan irigasi] belum ada. Cuma kesadaran mereka saja. Kesadaran mereka sudah tumbuh untuk tidak membuang sampah sembarangan. Tidak seperti dulu," kata Suradianto.
Takjub melihat perubahan
Tak sedikit yang takjub pada perubahan yang terjadi di Kampung Mrican. Salah satunya adalah Temu Asih. Perempuan 58 tahun ini mengaku sempat pesimistis dengan upaya para pemuda.
"Dulu nggak percaya, mau berapa tahun membersihkan seperti itu? Tapi tahu-tahu kok sudah bersih," kata Temu.
Sekarang dia tak cuma bisa menikmati lingkungan yang bersih dan indah, tapi juga merasakaan manfaat ekonominya mengingat Bendhung Lepen telah menjadi destinasi wisata di Kota Yogyakarta.
"Saya ikut jualan. Terima kasih banget kepada Allah, dan warga Mrican yang sudah bersihkan," imbuhnya.
Ke depan, pemuda Kampung Mrican akan menambah pembatas di saluran irigasi untuk melepasliarkan ikan.
Sekarang hanya sekitar 50 meter yang ada ikannya. Suradianto sudah mengukur, panjang saluran irigasi yang melintasi kampungnya sekitar 1 km, dan masih ada saluran irigasi yang bisa dimanfaatkan untuk melepasliarkan ikan.
"Kami ingin memperpanjang untuk melepaskan ikan, agar terawat dan bermanfaat," katanya.
Terawatnya aliran irigasi dari Sungai Gajah Wong membuat anak-anak Kampung Mrican sekarang sering menggunakannya untuk mandi. Mereka terlihat senang dan mandi ramai-ramai. Kata Suradianto, sebelum dibersihkan, tak ada yang mau mandi karena kotor penuh sampah dan bau.
Bagi Suradianto, meski sulit mengubah perilaku masyarakat, tapi kalau mau berusaha dan membuktikannya maka tak ada yang mustahil.
"Dulu mungkin melihatnya impossible, tapi ternyata possible. Dan setelah bersih malah banyak pengunjung yang datang, berkah," tutup Suradianto.