Guru Besar Goib Temukan Cara Atasi Pencemaran Air di Indonesia
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA – Pencemaran lingkungan banyak menimbulkan dampak negatif, di antaranya adalah kerugian ekonomi. Sebagai contoh, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengalami kerugian kurang lebih Rp11,4 triliun akibat pencemaran air.
Kerugian ini akan lebih besar lagi bila ditambahkan dengan kerusakan lingkungan akibat perubahan iklim, buruknya sanitasi, dan berkurangnya lahan kehutanan. Pencemaran lingkungan juga berisiko menurunkan tingkat kesehatan masyarakat, di mana hal ini sangat membahayakan.
Dampak terbesarnya akses terhadap sumber air bersih menjadi semakin sulit akibat menurunnya fungsi dan kemampuan sumber-sumber air. Oleh karena itu, pengawasan dan pencegahan pencemaran air menjadi sangat penting untuk diperhatikan.
“Untuk mengatasi persoalan pencemaran air, model pemantauan pencemaran secara online dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini (early warning system)” ungkap Goib Wiranto dari Pusat Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam orasi pengukuhan Profesor Riset LIPI bidang Elektronika, seperti dikutip VIVA Tekno dari situs resmi LIPI, Selasa, 15 September 2020.
Dalam sistem pemantauan pencemaran secara daring atau online, menurut Goib, sensor memegang peranan utama yang mempunyai fungsi sebagai tempat terjadinya interaksi langsung dengan bahan pencemar yang akan dideteksi.
Sensor ini diharapkan dapat memberikan data mengenai bahan pencemar sehingga dapat segera ditangani sebelum dampak pencemaran semakin meluas. Pemantauan pencemaran secara online juga memiliki banyak keunggulan disbanding pemantauan secara konvensional.
“Data hasil pengukuran dari sensor harus dapat digunakan oleh pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan terkait mitigasi bencana pencemaran. Di lain pihak, masyarakat juga harus diberikan akses atas informasi pencemaran yang terkait dengan wilayah kehidupannya,” tutur Goib.
Di antara berbagai teknologi sensor pencemaran air di seluruh dunia, teknologi solid state mempunyai keunggulan tersendiri yaitu bentuknya yang praktis, cara kerjanya yang sederhana, dan dapat dibuat untuk mendeteksi beberapa parameter secara sekaligus.
Goib Wiranto juga menerangkan, penguasaan metode rancang bangun sensor tetap dibutuhkan untuk mengurang ketergantungan dan sekaligus meningkatakan kemandirian dalam bidang teknologi sensor untuk pemantauan online.
“Teknologi mikroelektronika mempunyai peranan penting dalam mengatasi persoalan lingkungan melalui sensor-sensor solid state yang diimplementasikan dalam sistem pemantauan pencemaran secara online," jelasnya.
Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan sensor lingkungan yang berbasis pada teknologi Thin-Film, Thick-Film, dan teknologi Micromachining/MEMs harus terus dilakukan di tengah banyaknya impor di pasar dalam negeri.
Goib juga menekankan dalam situasi keterbatasan infrastruktur fabrikasi sensor di Tanah Air saat ini, maka teknik-teknik yang bersifat tarif rendah (low-cost) harus menjadi pilihan utama dalam hal-hal berikut seperti sol gel untuk sintesa nanomaterial, teknologi thick-film untuk sensor kualitas air, dan teknologi thin-film serta MEMs untuk sensor kualitas udara.
“Selain itu teknologi micromachining (MEMs) berbahan silikon masih berpotensi besar di masa mendatang. Untuk itu perlu penguasaan teknologi pengolahan bahan baku silikon agar alat yang dihasilkan memiliki nilai tambah secara ekonomi,” ungkap Guru Besar LIPI bidang Elektronika, Goib Wiranto.