Benarkah Cuci Tangan 20 Detik Pakai Sabun Bisa Bunuh Virus COVID-19

Ilustrasi mencuci tangan.
Sumber :
  • Freepik/shayne_ch13

 

Getty Images

Di tengah lockdown, pemakaian masker dan penerapan aturan jarak sosial, sabun dan air memiliki peran penting dalam perang melawan COVID-19, tapi sering terlupakan.

Cuci tangan adalah satu hal yang kita lakukan secara naluriah beberapa kali sehari. Namun, cuci tangan jauh menjadi lebih penting dalam enam bulan terakhir.

Ketika Virus Corona COVID-19 muncul sebagai kondisi darurat kesehatan di seluruh dunia pada Februari, badan-badan kesehatan bergegas memberi tahu orang-orang bagaimana cara melindungi diri dari virus baru.

Satu saran – yang diulang setiap hari, di berita, iklan dan wawancara pakar – adalah mencuci tangan dengan sabun dan air hangat, setidaknya selama 20 detik.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menerbitkan sebuah grafik – yang menjadi meme yang tersebar luas sejak itu – yang menunjukkan cara yang benar untuk mencuci tangan. Cara-cara yang familiar bagi siapa saja yang pernah bekerja di bar atau restoran.

Sering terlupakan

Enam bulan kemudian, gambaran global yang membingungkan tentang lonjakan kasus dan lockdown lokal – seperti aturan jam malam yang baru-baru ini diberlakukan di Melbourne, Australia – membuat cuci tangan sering dilupakan.

Di tengah penolakan sejumlah orang di beberapa tempat untuk mengenakan masker, `peluru perak` lainnya untuk melawan infeksi COVID-19 tersingkir dari sorotan.

Tetapi apakah nasihat itu berubah? (Baca tentang mengapa beberapa orang enggan mencuci tangan.) Tidak sama sekali, kata para ahli. Mereka malah semakin menekankan manfaat cuci tangan.

Thomas Gilbert, seorang profesor kimia dan biologi kimia di Northeastern University di Boston, Massachusetts, mengatakan susunan kimiawi Virus Corona dapat terganggu oleh sabun murah dan air hangat.

BBC

"Virus ini memiliki membran yang mengelilingi partikel genetik yang disebut membran lipid, karena memiliki struktur berminyak," katanya.

"Ini jenis struktur yang bisa dinetralkan oleh sabun dan air." Melarutkan "lapisan" luar ini memecah sel virus, dan materi genetik – RNA yang membajak sel manusia untuk membuat salinan virus – dapat tersapu dan dihancurkan.

"Saya belum pernah mendengar tentang apa pun yang dapat mempersingkat waktu mencuci tangan," kata Gilbert.

"Yang mesti Anda lakukan adalah membasahi tangan Anda, menggunakan sabun dan menggosok tangan Anda selama 20 detik untuk membersihkan semua sudut dan celah."

Ini memberi waktu yang cukup, kata Gilbert, bagi reaksi kimia antara membran lipid dan sabun.

"Ada manfaat lain - ini juga memungkinkan sabun menghilangkan materi virus."

Dengan air hangat, kata Gilbert, semua pertempuran melawan virus "akan sedikit lebih cepat".

BBC

`Perlu pakai sabun`

Martin Michaelis, profesor ilmu molekuler di University of Kent di Inggris, mengatakan air saja tidak cukup untuk menonaktifkan virus.

"Ketika sisa minyak zaitun tertinggal di jari Anda saat memasak, sangat sulit untuk menghilangkannya hanya dengan air," katanya. "Anda butuh sabun."

Terkait Virus Corona, sabun dibutuhkan "untuk menghilangkan selubung lipid itu sehingga semua virus dinonaktifkan".

Efektivitas mencuci tangan agak dikesampingkan karena penggunaan cairan pembersih tangan yang luas, baik dalam botol kecil yang dibawa orang ke luar rumah atau stasiun, yang harus dipakai orang-orang sebelum masuk supermarket atau bar.

Bukan ide yang buruk untuk memiliki sesuatu seperti itu di dalam mobil Anda," kata Gilbert.

"Hal-hal ini baik jika Anda tidak memiliki akses ke wastafel dan sabun dan air. Saya selalu lebih suka sabun dan air daripada cairan pembersih tangan. "

Jadi, seberapa sering kita harus tetap mencuci tangan?

Pada awal pandemi, pemerintah Inggris menyarankan orang mencuci tangan setiap beberapa jam – meskipun faktanya sebagian besar penduduk terkurung di rumah mereka akibat aturan lockdown.

Gilbert mengatakan cuci tangan itu tidak terlalu penting bagi mereka yang kebanyakan tinggal di rumah pada siang hari – meskipun mereka harus, tentu saja, mencuci tangan setelah menggunakan toilet, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum makan.

Mereka yang merawat seseorang yang menderita COVID-19, atau terinfeksi virus lainnya, mungkin harus mencuci tangan lebih sering, terutama jika mereka bersentuhan dengan benda atau permukaan yang disentuh atau terkena batuk pasien yang terinfeksi.

Science Photo Library
Sabun menghancurkan lapisan luar lipid yang berminyak dari virus corona, menyebabkan materi genetik di dalam sel virus menjadi tidak aktif.

Jika Anda berada di rumah sepanjang hari dan tidak ada 20 orang asing di rumah Anda, maka tidak perlu mencuci tangan, ujarnya.

Makalah lain, yang dibuat oleh kandidat PhD Thi Mui Pham di Universitas Utrecht, Belanda menemukan bahwa mencuci tangan segera setelah bersentuhan dengan orang atau permukaan yang mungkin terinfeksi, jauh lebih efektif daripada mencuci tangan pada interval waktu tertentu.

Sabun - bukan pembersih tangan antivirus

Beberapa orang telah beralih ke pencuci tangan antivirus, mereka percaya itu lebih efektif daripada sabun biasa - tapi sebenarnya tidak seperti itu, kata Michaelis.

"Anda sama sekali tidak membutuhkan produk semacam ini," katanya.

"Kebanyakan pembersih antimikroba yang ada di pasaran sebenarnya bisa membunuh bakteri."

Penggunaan cairan itu secara berlebihan bisa menyebabkan masalah untuk masa depan juga, katanya.

"Jika Anda terlalu banyak menggunakan cairan antibakteri [yang tidak bekerja pada virus] yang akhirnya terbuang di air limbah, maka ada potensi Anda kebal bakteri," katanya.

"Semua disinfektan lain yang Anda gunakan [selain sabun] dapat menyebabkan lebih banyak masalah lingkungan dan menyebabkan lebih banyak masalah dengan resistensi bakteri di kemudian hari."

BBC

Mencuci tangan, tentu saja, jauh lebih mudah bila Anda memiliki persediaan air yang cukup.

Di bagian dunia yang kurang berkembang, air merupakan sumber daya yang terbatas – dan di banyak tempat tersebut, standard kesehatan masyarakat dan kondisi kehidupan seringkali kurang dari ideal.

Faktanya, baru bulan ini Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan bahwa hanya dua dari lima sekolah di seluruh dunia yang memiliki fasilitas cuci tangan yang memadai sebelum pandemi Virus Corona melanda.

EPA
Di sejumlah daerah, mendapatkan air bersih untuk cuci tangan sangat sulit.

Baik Gilbert dan Michaelis sepakat bahwa air tidak harus berkualitas layak minum untuk menjadi senjata melawan Virus Corona.

"Selama Anda memiliki sabun atau sejenisnya, tidak masalah. Anda bisa berenang di air yang tidak bisa Anda minum karena ada pelindung pada kulit Anda," kata Michaelis.

Pandemi Virus Corona tampaknya berdampak langsung pada musim flu pada paruh pertama tahun ini, sebagaimana ditunjukkan sejumlah bukti.

Tanpa kontak sosial manusia yang normal dalam beberapa bulan pertama tahun ini, tingkat influenza diperkirakan anjlok, dan dengan itu kematian akibat influenza.

Misalnya, Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) Afrika Selatan biasanya menangani sekitar 700 kasus flu parah antara akhir Maret dan Agustus; tahun ini mereka hanya melaporkan satu kasus.

Klinik-klinik yang tutup bisa juga menyebabkan sejumlah kasus tidak dilaporkan, tetapi kasus flu yang rendah disebut juga mungkin dipengaruhi kebiasaan mencuci tangan yang lebih sering, sehingga membantu melindungi orang-orang dari penyakit lain juga.

Wabah flu musim dingin yang tidak terlalu parah dapat terjadi jika kebiasaan mencuci tangan kita bertahan. "Ini bisa menjadi perubahan yang sangat bagus untuk menjadi lebih baik," kata Michaelis.