Ilmuwan Bedah Mumi Mesir Kuno Berumur 2.000 Tahun
- bbc
Tiga mumi hewan dari era Mesir Kuno telah diperiksa dan dibedah secara digital oleh para ilmuwan menggunakan teknologi pemindaian 3D beresolusi tinggi.
Ular, burung, dan kucing, dari koleksi Egypt Center di Universitas Swansea, setidaknya berusia 2.000 tahun. Teks-teks kuno memperkirakan mumi itu adalah persembahan bagi orang yang meninggal, tetapi nasib mereka masih sedikit diketahui.
- Fosil spesies baru dinosaurus kerabat Tyrannosaurus rex ditemukan di Inggris
- Nenek moyang dinosaurus kemungkinan `berukuran kecil`
- `Mumi` dedaunan purba berusia 23 juta tahun memberikan gambaran sekilas tentang masa depan Bumi
- Fosil pohon tertua di dunia ditemukan di New York
Para ilmuwan mengatakan rincian yang diungkapkan oleh pemindaian itu "luar biasa".
Menggunakan pemindai CT mikro, yang menghasilkan gambar 3D dengan resolusi 100 kali lipat dari pemindaian CT medis, sisa-sisa hewan dianalisis dengan detail yang sebelumnya tak terlihat, memberikan wawasan tentang bagaimana hewan itu dibunuh dan ritual di baliknya.
Proyek tujuh tahun, kolaborasi antara Egypt Center dan Swansea`s College of Engineering ini, terjadi secara kebetulan.
Richard Johnston, profesor sains material, berkata: "Proyek ini dimulai murni karena departemen teknik dulu berada tepat di seberang Egypt Center, dan sambil minum kopi saya mengatakan pemindai sinar-X kami mungkin mengungkapkan apa yang tersembunyi di dalam mumi hewan mereka, jadi kami berlanjut dari sana.
"Sebelumnya kami menggunakan teknologi itu untuk memindai bagian-bagian mesin jet, komposit, atau serangga, tetapi apa yang kami temukan ketika melihat mumi binatang itu luar biasa."
Dr Carolyn Graves-Brown, dari Egypt Center, mengatakan kolaborasi antara insinyur, arkeolog, ahli biologi, dan para peneliti Mesir menunjukkan temuan itu adalah "nilai dari peneliti berbagai subjek yang bekerja bersama".
Tim itu menemukan bahwa:
- Gigi yang belum timbul, yang tersembunyi di dalam tulang rahang kucing menunjukkan itu adalah mumi anak kucing yang berusia kurang dari lima bulan. Pemisahan tulang belakangnya menunjukkan bahwa binatang itu mungkin mati karena dicekik
- Pengukuran tulang virtual menunjukkan bahwa mumi burung yang ada paling mirip dengan burung kestrel Eurasia
- Analisis tulang yang pada ular - seekor kobra berusia remaja Mesir - menunjukkan bahwa ular itu dibunuh dengan cara dibanting ke tanah atau dinding.
Penemuan ini sejalan dengan apa yang diyakini oleh Egypt Center tentang ritual mumifikasi hewan. Orang Mesir kuno memumikan hewan, termasuk kucing, ibis, elang, ular, buaya, dan anjing, juga manusia.
Kadang-kadang hewan-hewan itu dikuburkan dengan pemiliknya, atau ditujukan sebagai persediaan makanan di akhirat, tetapi umumnya mumi hewan adalah bentuk persembahan yang dibeli oleh pengunjung kuil untuk dipersembahkan kepada para dewa.
Hewan-hewan itu dibesarkan atau ditangkap oleh penjaga kuil dan kemudian dibunuh dan dibalsem oleh pendeta kuil; diyakini bahwa sebanyak 70 juta mumi hewan diciptakan dengan cara ini.
Prof Johnston mengatakan melihat bagian dalam mumi mungkin tidak mengejutkan, tingkat detail yang bisa mereka dapatkan sangat mengejutkan.
"Mumi ular itu telah di-rontgen sebelumnya, tapi hasil yang didapat hanya gambar 2D yang tidak memperlihatkan struktur hewan yang lebih halus. Pemindaian CT medis konvensional memberikan gambar 3D, tetapi resolusinya terlalu buruk untuk dilihat," katanya.
"Namun, dengan perangkat lunak CT mikro, kami dapat membuat gambar realitas virtual dari pemindaian bahkan yang ukurannya sebesar rumah, jika Anda mau; Saya benar-benar dapat berjalan-jalan di dalam tubuh kucing dan membuat pengukuran mikroskopis untuk memeriksanya secara mendetail."
Mikro CT bekerja dengan mengambil ribuan sinar-X dari semua sudut saat mumi berputar 360 derajat.
Komputer kemudian menggabungkannya untuk membuat gambar 3D yang dapat diputar dan dilihat dari sudut manapun.
Gambar ini berbeda dari pemindaian medis, yang objeknya diamati dengan diputari oleh sinar-X dan kamera yang berputar.
Sementara, dalam sistem mikro CT, objek berputar pada platform antara sinar-X dan kamera.
Prof Johnston mengatakan sistem itu tidak praktis digunakan untuk tujuan medis pada manusia, tetapi teknologinya masih memiliki banyak fitur lain yang belum dimanfaatkan.
"Dosis sinar-X dari mikro CT biasanya terlalu tinggi untuk digunakan pada manusia, dan waktu pemindaiannya lebih lama," katanya.
"Tapi ia memiliki potensi material yang tak terbatas dalam sains, teknik, biologi, bahkan biomimikri.
"Kami memindai struktur dari alam yang telah berevolusi selama jutaan tahun menjadi efisien atau kuat, seperti bambu, dan kemudian mereproduksi dalam bentuk skala mikro untuk desain teknik melalui pencetakan 3D."
Penelitian lengkapnya dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.