COVID-19 Bikin Jualan Jadi Seret? Tenang, Ada Google
- vstory
VIVA – Kondisi pandemi COVID-19 saat ini membuat pemasaran sebuah produk atau merek mengalami sejumlah tantangan. Misalnya, perilaku konsumen yang selama bertahun-tahun menjadi lebih terfragmentasi, dan hal ini membuat para pelaku industri, khususnya bidang pemasaran harus memutar otak melakukan pendekatan ke pelanggan.
Accenture memperkenalkan Customer Data Architecture (CDA) atau Arsitektur Data Pelanggan yang merupakan hasil kolaborasi dengan Google Cloud. Kehadirannya diharapkan bisa membantu pemasar mengaktifkan personalisasi dan pemasaran yang berpusat pada audiens secara real-time di seluruh saluran.
Markets Lead, Accenture di Indonesia Bhavana Vatvani mengatakan, seperti diumumkan pada Google Cloud Summit di Jakarta tahun lalu, solusi Customer Data Architecture adalah bukti komitmen dalam kolaborasi yang kuat antara Accenture dan Google.
"Accenture Google Cloud Business Group (AGBG) menggabungkan desain dan inovasi yang berpusat pada manusia dari Google dan Accenture Intelligence untuk membantu klien kami di Indonesia,” katanya, Jumat, 14 Agustus 2020.
Solusinya adalah menggabungkan data Google Marketing Platform dengan sumber data perusahaan lainnya untuk menemukan wawasan yang lebih dalam sebagai upaya meningkatkan keterlibatan pelanggan.
"Melalui CDA, bisnis dapat membangun pandangan 360 derajat dari pelanggan dan memutuskan saluran komunikasi terbaik melalui transformasi data dan analitik tingkat lanjut," kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pemasaran Digital, Accenture Indonesia, Nathan Raward mengatakan, Customer Data Architecture memberikan penawaran yang dapat diselaraskan dalam tiga area utama.
Ketiga yakni memungkinkan interaksi pelanggan multi-saluran, meningkatkan manajemen data, dan membuat layanan untuk hiper-personalisasi dalam pemasaran, penjualan, dan layanan.
Ia mengatakan, kondisi pandemi COVID-19 telah memaksa para pemasar untuk memikirkan kembali strategi engagement dengan konsumen, seiring dengan adopsi digital yang meningkat.
"Dengan budget pemasaran yang dipotong, aktivitas online meningkat, mengharuskan pemasaran berpindah ke digital. Apalagi, perilaku konsumen juga berubah sebagai bagian dari upaya mereka tetap bertahan di kondisi pandemi," kata Nathan.