Dampak Buruk WFH: Kecapaian hingga Karir
- U-Report
Dengan pandemi Covid-19 mengubah kehidupan sehari-hari, Microsoft yang bekerja sama dengan TechRepublic Premium menganalisis dampak pandemi terhadap gaya kerja, operasi bisnis, dan bagaimana situasi ini telah mempercepat peningkatan adopsi teknologi secara keseluruhan, mewujudkan cara kerja baru untuk new normal (adopsi kebiasaan baru).
Melalui studi penelitian kualitatif, whitepaper yang berjudul Transitioning Asia-Pacific to a New Normal of Work memberikan para pemimpin bisnis dan thought leaders di berbagai industri-perbankan, kesehatan, pendidikan, telekomunikasi, penelitian, dan konsultasi profesional–kesempatan untuk berbagi wawasan mereka tentang bagaimana budaya organisasi di Asia-Pasifik berkembang ke paradigma kerja baru.
"Ketika berbagai belahan dunia dilanda Covid-19, kehidupan dan pekerjaan berubah dalam sekejap bagi semua orang," kata Kady Dundas, Head of Marketing, Microsoft Teams, Microsoft Corp, Rabu (29/7/2020).
"Tiba-tiba kami beralih dari bekerja di ruang konferensi di kantor ke ruang keluarga di rumah dan kini sangat tergantung pada video. Kami sekarang memiliki sekitar 200 juta peserta meeting setiap hari, ini setara dengan 4,1 miliar meeting minutes. Poin-poin data tersebut menunjukkan pergerakan yang luar biasa ke kebijakan bekerja jarak jauh," lanjutnya.
Beberapa tren baru yang perlu diwaspadai oleh organisasi bisnis pada saat mereka merencanakan pekerjaan new normal tersebut meliputi:
1. Risiko Kecapaian
Perusahaan harus memperhatikan persepsi baru tentang availability atau jadwal kerja. Menurut Joe Sweeney, IBRS Advisor dan Future of Work Expert, satu respons umum dari para pekerja adalah "bekerja lebih keras tanpa henti." Mereka yang sudah mulai bekerja dari rumah menerima panggilan dari bos mereka hingga larut malam, menggarisbawahi kebutuhan untuk membuat batas-batas untuk komunikasi di luar jam kerja.
2. Kekhawatiran perkembangan karir
Organisasi bisnis perlu menilai kembali bagaimana kinerja dapat diukur. Alat kolaborasi bisa mengukur aktivitas, tapi bukan nilai yang diberikan seseorang kepada perusahaan. Organisasi bisnis sekarang menyadari bahwa para introvert bisa bekerja dengan baik saat bekerja dari rumah, sedangkan para ekstrovert yang dulunya "pemain bintang" di kantor, tidak lagi menjadi pusat perhatian.
3. Perlunya fleksibilitas dan empati
Penelitian menemukan bahwa hampir setengah (47 persen) orang yang bekerja dari rumah melaporkan gangguan di rumah sebagai tantangan. Organisasi serta manajer dan tim harus ikut membantu para karyawan untuk menciptakan lingkungan yang bebas gangguan, tetapi juga lebih fleksibel dalam pengiriman pekerjaan serta berempati dengan tantangan orang untuk bekerja dari rumah.
4. Pelatihan dan kesiapan teknologi
Saat teknologi menjadi kebutuhan pokok bagi karyawan, pelatihan harus terus dilakukan guna membuka potensi penuh dari perangkat keras dan lunak. "Ada yang menolak perubahan-biasanya para petinggi-karena mereka tidak pernah perlu belajar cara menggunakan teknologi. Mereka selalu memiliki dukungan tim TI di kantor ketika mereka membutuhkannya," kata Dr. Nitin Paranjape, CEO and Founder, MacOffice Services Private Limited dari India.
5. Memasukkan unsur sosial
Organisasi bisnis juga perlu fokus pada kebijakan dan budaya perusahaan daripada penggunaan teknologi saja. Microsoft Work Trend Index yang dirilis pada bulan April 2020 mencerminkan interaksi manusia secara berkelanjutan-jumlah orang yang menggunakan video pada rapat Microsoft Teams meningkat dua kali lipat dengan bekerja dari rumah. Selain memungkinkan konferensi video, perusahaan perlu menemukan cara untuk mendorong inovasi, ide kreatif, dan persahabatan untuk membuat karyawan merasa sebagai bagian yang dihargai dalam organisasi.
"Di Indonesia, sekarang sudah biasa melihat anak-anak atau hewan peliharaan tiba-tiba muncul di pertemuan virtual," kata Wahjudi Purnama, Business Group Lead, Modern Work, Microsoft Indonesia.
"Keluarga sangat penting dan saya percaya kita semua mengakui tantangan-tantangan pada saat bekerja dari rumah. Sebagai perusahaan, kami berusaha untuk berempati untuk kebutuhan karyawan dan berusaha untuk memberikan work-life balance yang baik," pungkasnya.