Tips Lindungi Anak dari Pencurian Data Pribadi di Internet
- TechCrunch
VIVA – Metode phishing atau mencuri informasi pribadi di internet tentu bisa menyerang siapa saja, bukan hanya pengguna internet usia dewasa. Dalam rangka Hari Anak Nasional (HAN) 2020, Google berbagi trik untuk anak bisa menghindari upaya phishing.
Trust and Safety Outreach and Education, Google Asia Pacific, Aldrich Christopher mengatakan, penjahat siber mulai melakukan evolusi. Mereka membuat situs dan email yang seolah-olah seperti alamat resmi.
Oleh sebab itu ada baiknya melakukan pengecekan kredibilitas situs dan alamat email. Periksa informasi perusahaan dan samakan dengan URL yang ditemukan. Kemudian perkenalkan juga situs yang aman untuk anak.
URL yang aman adalah dimulai dengan https:// disertai ikon gembok. Kemudian ajarkan anak untuk tidak mudah tertipu scam, misalnya dengan iming-iming hadiah atau mendapatkan keuntungan yang banyak dalam waktu sekejap.
Lalu, jika ada situs atau iklan yang mengatakan bahwa perangkat bermasalah, orang dewasa harus memberi mereka pengetahuan bahwa situs atau iklan tidak dapat mengetahui permasalahan pada perangkat pengguna. Hal ini untuk menghindarkan anak melakukan pemasangan perangkat lunak mencurigakan.
Aldrich juga membagi cara melakukan pemeriksaan keamanan. Pengguna cukup pergi ke link g.co/SecurityCheckup untuk mengetahui apakah akun Google-nya aman. Jika semua ikon memiliki warna hijau pengguna tidak perlu risau, berbeda jika berwarna kuning.
Kedua, melakukan pemeriksaan privasi di link g.co/PrivacyCheckup. Tujuannya adalah untuk memberi transparansi dan memberi pengguna kontrol data-data apa saja yang ingin diberikan ke Google. Mereka bisa tidak memberikannya atau data tertentu saja.
Teknologi harus melindungi
Sementara itu, masa pandemi Virus Corona COVID-19 memberi tantangan yang berat bagi semua orang, tak terkecuali untuk masalah pendidikan. Beberapa bulan ini yang dijadikan andalan adalah sistem pembelajaran jarak jauh dengan aktor utama internet.
Orangtua mau tidak mau harus memahami internet dan mulai mempelajarinya. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) mengatakan, pemerintah ingin anak Indonesia mendapat hak, perhatian dan kewajibannya.
"Perlindungan anak penting dikuasai orang tua. Mereka berperan sebagai pendamping, pelindung dan pendidik. Di dunia digital ada hal-hal yang perlu diketahui, ada yang membahayakan dan kita perlu memberi literasi digital," kata Pendiri Sejiwa Foundation, Diena Haryana.
Google juga membuat modul Tangkas Berinternet untuk anak, orangtua, dan para guru untuk menjelajahi dunia online dengan aman dan percaya diri.
Aldrich Christopher menjelaskan program ini memiliki lima pilar, cerdas, cermat, tangguh, bijak dan berani. Survei pada 2019 menemukan bahwa 90 persen guru perlu sumber daya keamanan di dunia online.
"Membuat teknologi untuk semua orang berarti harus melindungi semua pengguna kami. Banyaknya produk yang kami miliki membuat kami harus melindungi semua pengguna Google," katanya.
Modul bisa diakses melalui link g.co/TangkasBerinternet. Di sana tersedia poster dengan karakter menarik dan format PDF untuk dipelajari guru dan orangtua.