WHO Lagi Pusing, Serangan Ini Sebabkan 1,2 Juta Orang Tewas
- U-Report
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lagi pusing. Setelah pandemi Virus Corona COVID-19 menyerang hampir seluruh negara, yang hingga kini belum usai. Kini, ada serangan yang menyebabkan 1,2 juta orang tewas.
Bahkan, insiden tersebut dilabeli WHO sebagai prioritas kesehatan dunia. Sebuah penelitian memperkirakan 1,2 juta orang tewas karena gigitan ular di India dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
Setengah dari seluruh korbannya berusia antara 30 hingga 69 tahun, dan seperempatnya adalah anak-anak.
Gigitan dari Russell`s vipers, ular weling (kraits), dan kobra adalah jenis ular yang banyak membawa kematian bagi manusia. Sisanya disebabkan oleh 12 jenis ular lainnya. Sejumlah serangan mematikan ini disebabkan terjadi di wilayah yang tak ada akses penanganan medis.
Setengah dari kondisi kematian terjadi di musim hujan antara Juni hingga September 2019, ketika ular-ular keluar dari sarangnya. Dan kebanyakan korban digigit di bagian kaki.
Penelitian ini dipublikasi secara terbuka melalui jurnal eLife, yang dikerjakan oleh ahli dari India dan kalangan internasional. Penelitian ini berdasarkan data yang dihimpun dari Penelitian Jutaan Kematian (Million Death Study).
Russell`s viper, pada umumnya adalah ular yang agresif yang tersebar di India dan Asia Selatan. Ular ini memakan tikus dan kerap ditemukan di dekat pemukiman warga, baik di kota maupun pedesaan.
Ular krait India biasanya jinak pada siang hari, tapi sangat ganas di malam hari. Panjangnya bisa mencapai 1,75 meter.
Ular kobra India menyerang saat hari menjelang malam, dan menyebabkan pendarahan dalam. Korbannya harus ditangani tenaga medis dengan segera.
Penelitian ini juga menemukan antara 2001 hingga 2014, sebanyak 70 persen kematian karena gigitan ular terjadi di delapan negara bagian - Bihar, Jharkhand, Madhya Pradesh, Odisha, Uttar Pradesh, Andhra Pradesh (termasuk Telangana, negara bagian baru), Rajasthan dan Gujarat.
Rata-rata risiko orang India meninggal karena gigitan ular sebelum usia 70 tahun sekitar 1:250, tapi di sejumlah wilayah risiko ini mendekati 1:100, menurut penelitian tersebut.
Para peneliti mengatakan komunitas pentani yang hidup di pedesaan memiliki risiko paling tinggi digigit ular berbisa selama musim penghujan.
Mereka mengatakan di wilayah-wilayah itu harus menjadi target "dengan pendidikan tentang metode sederhana" - `aman dari ular` saat musim panen tiba, menggunakan sepatu bot karet dan sarung tangan dan menggunakan lampu penerang untuk mengurangi risiko.
Gigitan ular saat ini telah menjadi "prioritas kesehatan dunia" menurut WHO. Mereka mengatakan komplikasi yang terkait dengan serangan ular berbisa, menjadikan fenomena ini salah satu penyakit tropis yang paling diabaikan.
Sekitar 81 ribu hingga 138 ribu orang di dunia meninggal karena gigitan ular setiap tahun. Tiga kali jumlah tersebut dapat bertahan dari gigitan ular, tapi menyebabkan cacat permanen.