Facebook Kewalahan Lacak Predator Anak, Bayar Pihak Ketiga Rp1,4 M
- News Room Facebook
VIVA – Facebook dikabarkan membayar ahli keamanan siber untuk mengembangkan alat peretasan. Nantinya alat tersebut akan diberikan kepada Biro Investigasi Federal (FBI) untuk membantu meretas pengguna yang memeras, mengancam, dan melecehkan atau predator anak di bawah umur menggunakan alat tersebut.
Raksasa teknologi AS itu membayar perusahaan keamanan siber pihak ketiga senilai US$100 ribu atau Rp1,4 miliar. Keduanya akan bekerja sama untuk mengembangkan alat pelacak itu, yang memungkinkan seseorang untuk mengambil keuntungan dari kerentanan software yang tidak diketahui oleh pengembangnya.
Akan tetapi, juru bicara Facebook mengaku pilihan tersebut diambil setelah mengeksplorasi pilihan lainnya. Mereka juga meminta pihak ketiga yang bekerja sama untuk tidak berspesialiasi membangun tipe alat ini dan tak ingin memberi kesan pada penegak hukum untuk membangun lagi di masa depan.
Namun, menurut sebuah sumber yang dikutip dari situs Business Insider, Sabtu, 20 Juni 2020, FBI justru tidak tahu-menahu soal keterlibatan Facebook. Satu kasus predator anak yang menggunakan platform Facebook dan mengaku bersalah adalah Buster Hernandez.
Ia didakwa ataus 41 dakwaan awal tahun ini termasuk produksi pornografi anak, paksaan dan bujukan anak di bawah umur serta mengancam akan membunuh, menculik dan menyakiti orang lain.
Hernandez dikabarkan menggunakan kombinasi alat penelusuran pribadi, aplikasi pesan, email, dan Facebook untuk memeras korban. Pelaku mengancam korban menggunakan gambar dan video telanjang serta mengacam akan pemerkosaan dan kekerasan.
"Satu-satunya hasil yang bisa diakui kami adalah Buster Hernandez menghadapi akuntabilitas untuk pelecehannya terhadap gadis-gadis muda. Ini adalah kasus yang unik, karena dia menggunakan metode canggih untuk menyembunyikan identitasnya, jadi kami mengambil langkah luar biaa untuk bekerja sama dengan ahli keamanan untuk membantu FBI membawanya ke pengadilan," kata juru bicara Facebook.
Keterlibatan Facebook kali ini agak berbeda dengan sikap sejumlah perusahaan teknologi tentang membantu FBI dalam kasus-kasus hukum. Misalnya saja Apple dan anak usaha Facebook, WhatsApp yang terus melindungi privasi pengguna walau penegak hukum terus memaksa bekerja sama dalam sejumlah besar.