Tragis, Sekelompok Hewan Raksasa Mati karena Menelan Kotoran Sendiri

Kungkang
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Tragis, sekelompok hewan raksasa mati akibat kotorannya sendiri. Hewan raksasa tersebut hidup di Zaman Es. Adalah sekelompok kungkang tanah raksasa ditemukan mati bersama setelah menelan kotoran mereka sendiri di genangan air dangkal yang terkontaminasi.

Para ilmuwan menemukan tulang-tulang dari hampir dua lusin kungkang tanah atau Eremotherium laurillardi. Dilansir dari situs Live Science, Selasa, 12 Mei 2020, tulang tersebut ditemukan di lubang fosil, di Tanque Loma, Ekuador, yang menampung fosil-fosil dari mamalia besar.

Diperkirakan tulang tersebut berusia sekitar 2,6 juta tahun silam. Kondisi tulang dan susunannya relatif sama, mengartikan hewan-hewan itu mati pada waktu yang sama, kata peneliti dalam studinya.

Vegetasi yang ditemukan di sana yang tak sengaja terawetkan menggambarkan bagaimana lubang rawa berair itu penuh dengan kotoran kungkang membunuh mereka. Kungkang tanah pernah berkeliaran di Amerika dan jumlahnya jauh lebih besar dengan kungkang pohon yang saat ini masih ada.

Sedangkan kungkang terbesar adalah Megalonyx jeffersonii yang tingginya hampir tiga meter, bahkan melebihi tinggi manusia. Mereka di temukan 35 juta tahun silam dan mati pada akhir masa Pleistosen.

Ilmuwan juga melakukan identifikasi terhadap 575 tulang atau 22 kungkang tanah dewasa dan remaja yang berasal dari 18 ribu hingga 23 ribu tahun silam. Tulang tersimpan dalam satu lapisan dan tanpa banyak endapan yang memisahkan, menunjukkan bahwa hewan mati dalam waktu yang sama kemudian terendam.

Penjelasan yang paling memungkinkan dari kematian mereka adalah hewan-hewan ini berkubang bersama untuk melepas suhu panas. Tapi kemudian menjadi mematikan setelah kungkang mengotori rawa dengan kotoran mereka sendiri.

Kotoran tersebut kemudian terkontaminasi dengan tumbuhan di sekitar rawa yang menjadi makanan mereka. Oleh sebab itulah sekelompok hewan raksasa ini mati karena patogen yang bersembunyi di kotoran-kotoran. Studi telah dipublikasikan di jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, dan Palaeoecology.