Asteroid yang Dekat sama Bumi 'Diobok-obok', Ini yang Ditemukan

Gambar permukaan Asteroid Ryugu diambil dari kamera DCAM3 milik pesawat luar angkasa Hayabusa2.
Sumber :
  • JAXA

VIVA – Asteroid yang dekat dengan Bumi, Ryugu, sudah 2 tahun disinggahi oleh pesawat luar angkasa Hayabusa2 milik Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA). Wahana ini bertugas untuk meneliti dan mengirimkan muatan batuan Asteroid Ryugu ke Bumi. Artinya, Hayabusa2 menghabiskan waktunya hanya untuk 'mengobok-obok' Asteroid Ryugu.

Selama 'nemplok' di asteroid itu sejak 2018, Hayabusa2 sudah mengerahkan tiga rover untuk berjalan-jalan mengelilingi asteroid ini dan mengambil beberapa sampel dari permukaan batu ruang angkasa tersebut. Data yang dikirimkan sudah memberi ilmuwan di JAXA pratinjau tentang sejarah dinamis asteroid yang dekat dengan Bumi itu.

Penelitian dimulai dengan manuver pengambilan sampel pada Februari 2019, yang difilmkan dengan cermat oleh Hayabusa2 untuk memberi tahu para ilmuwan di JAXA bagaimana operasi tersebut berlangsung dengan sangat rinci.

Saat ini, Asteroid Ryugu sedang mengorbit Matahari di suatu tempat antara orbit Bumi dan Planet Mars. Akan tetapi, penelitian baru menunjukkan bahwa pada suatu titik di masa lalu di mana asteroid itu melesat sangat dekat dengan Matahari dan secara dramatis menghangat, sehingga mengubah penampilan Asteroid Ryugu secara permanen.

"Jet pendorong milik Hayabusa2 mengangkat batu dan partikel dari permukaan Ryugu. Kami melihat permukaannya sangat berubah," kata Ilmuwan Planet dari Universitas Tokyo, Tomokatsu Morota, seperti dikutip dari situs Space.com, Minggu, 10 Mei 2020.

Ia lalu melanjutkan bahwa sangat menarik jika melihat permukaan Asteroid Ryugu, yang tidak diperkirakan sebelumnya akan berubah secara signifikan dalam skala waktu geologis. Alhasil, Hayabusa2 dapat dengan mudah menurunkan tiga rovernya di atas permukaan Ryugu.

Morota juga mengungkapkan, beberapa material yang mengganggu terdiri dari batu besar, tetapi sebagian besar adalah partikel debu kecil yang menyebar hingga 16 kaki (lima meter) dari lokasi pengambilan sampel.

Ia dan ilmuwan lainnya lalu menyadari ada sesuatu yang lain tentang gangguan permukaan, yakni partikel-partikel yang dipengaruhi oleh pendaratan juga cukup gelap.

Faktanya, partikel-partikel itu tampaknya cocok dengan satu dari dua jenis material yang dilihat para ilmuwan dari Asteroid Ryugu lewat survei udara milik Hayabusa2.

Namun anehnya, material itu tampak membentuk garis-garis terhadap bahan yang lebih biru yang ditemukan di kutub dan garis tengah asteroid. Sementara itu, tim telah membuat teori tentang masaa lalu Ryugu, berdasarkan pada kombinasi gerakan aneh batu dan debu dengan garis-garis permukaan asteroid yang tampak jelas.

Para ilmuwan percaya bahwa sebagian besar Ryugu terbentuk dari agregat pecahan puing-puing lalu membentuk asteroid. Namun, tanpa diduga Ryugu melesat terlalu dekat dengan Matahari yang menyebabkan pemanasan sehingga mengubah lapisan luar batu luar angkasa itu menjadi material yang lebih merah di masa lalu.

"Tapi sekarang Ryugu mundur ke orbitnya," jelas Morota. Pada saat yang sama, sebuah fenomena yang disebut pemborosan massa menarik beberapa material dari garis tengah Asteroid Ryugu menuju kutubnya.

Para ilmuwan percaya cerita ini akan cocok dengan penampilan bergaris masih ditutupi oleh bahan yang lebih merah ke bagian dalam yang lebih biru dan kecenderungan untuk material yang lebih membuat permukaan asteroid ini menjadi lebih merah.

"Kami berharap hasilnya akan membantu memahami awal terbentuknya Tata Surya. Kami juga tertarik untuk melihat bagaimana molekul seperti itu berubah secara kimia lewat pemanasan Matahari. Ini sangat penting untuk memahami evolusi kimiawi dari molekul organik yang bisa diangkut ke Bumi purba,” kata Morota.