Kelas Online di Aplikasi Zoom Disusupi Pria Lagi Onani
- Pixabay
VIVA – Aplikasi Zoom lagi-lagi bikin heboh. Setelah diskusi virtual Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) disusupi zoombombing yang membagikan beberapa potongan film porno, kini Gujarat, India mengalami hal serupa, di mana zooombombing menyusup di kelas online yang menayangkan aktifitas seorang pria sedang onani, bersamaan dengan video konferensi berlangsung.
Hal ini membuat Pemerintah Negara Bagian Gujarat turun tangan melakukan penyelidikan. Karena, bukan tanpa sebab, pria itu menanyangkan aktifitasnya melakukan onani sembari ditonton banyak orang, atau saat kelas online sedang berlangsung.
Mengutip situs Sputniknews, Rabu, 22 April 2020, Bahkan, National Commission for Women (NCW) sampai melayangkan surat protes lantaran menerima aduan dari para mahasiswi di Universitas Nirma, Gujarat, lokasi di mana dilakukannya kelas online yang disusupi zoombombing melalui Aplikasi Zoom.
"Ini kejahatan dunia maya yang dilakukan oleh kriminal. Kami sangat prihatin dengan keselamatan pengguna selama berselancar di internet, terutama wanita," tulis pernyataan resmi NCW.
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang fokus pada nasib wanita di India tersebut juga telah meminta Kepala Kepolisian Daerah Gujarat, Inspektur Jenderal Shivanand Jha, untuk serius menyelidiki kasus ini dan memberi tindakan hukum kepada pelaku. Sebagaimana diketahui, kasus serupa bukan sekali ini saja terjadi.
Selain Indonesia ketika berlangsung diskusi virtual Wantiknas, Singapura lebih dahulu menangguhkan penggunaan Aplikasi Zoom untuk para guru dan murid. Insiden itu melibatkan gambar tidak senonoh muncul di layar ketika belajar online lewat Zoom sedang berlangsung. Setelah itu muncul komentar kotor oleh pria yang memuat gambar tersebut.
Di mata pengamat media sosial, Ismail Fahmi, hal tersebut terjadi karena kurangnya edukasi penyelenggara acara yang menyebarkan link akses acara ke media sosial. Pihak yang tidak berkepentingan menjadi tahu dan masuk ke dalam sesi online. Seharusnya link akses tersebut hanya boleh diketahui oleh peserta acara saja, agar tidak ada peserta asing yang mengacak-acak video konferensi.