Identifikasi Corona di Pemukiman Terpencil, Pakai Saja Lab-in-a-Box

Ilustrasi termometer/virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Pandemi Virus Corona COVID-19 di berbagai negara memaksa aktivis kesehatan memutar otak untuk membantu mendiagnosis wabah tersebut, khususnya bagi masyarakat pinggiran atau tinggal di pemukiman terpencil. Salah satunya lewat sistem lab-in-a-box, yang diciptakan ilmuwan Keith Pardee dari Fakultas Farmasi, Universitas Toronto, Kanada.

Pardee mengatakan ada pola serupa dari pengujian yang tertunda seperti yang terjadi selama wabah Ebola di Afrika Barat dan Virus Zika di Brasil. Dari situlah, ia berinisiatif membuat sistem lab-in-a-box bersama dengan tim risetnya.

"Anda bisa mengirimkannya di mana saja. Dan itu akan memiliki perangkat keras (hardware) dan tes yang diperlukan untuk melakukan ribuan sampel pasien dengan cukup cepat," kata Pardee, seperti dilansir dari Aljazeera, Senin, 30 Maret 2020.

Ia bersama tim peneliti lainnya yang berasal Brasil dan Vietnam menerima dana bulan ini dari Pemerintah Federal Kanada untuk mengembangkan sistem portabel yang murah untuk menguji COVID-19.

Proyek ini adalah salah satu dari beberapa inovasi yang diupayakan oleh para ilmuwan riset, dokter, dan ahli medis lainnya dengan harapan dapat diluncurkan di tengah lonjakan kasus Virus corona di seluruh dunia.

Sejak Minggu, 29 Maret kemarin, tercatat lebih dari 713 ribu kasus dilaporkan di lebih dari 160 negara. Setiap lab-in-a-box ini dapat membaca 384 sampel pasien sekaligus dan memberikan kapasitas untuk menguji komunitas yang lebih kecil dan lebih terpencik.

Komponen yang digunakan akan berbasis kertas, sekecil kartu kredit, dan akan berubah warna menjadi fuchsia cerah atau ungu ketika ada Virus Corona di dalam sampel. "Apa yang kami lakukan adalah membangun teknologi yang mudah didistribusi, murah dan cepat untuk dikembangkan," ujar Pardee.