Lapisan Ozon di Atmosfer Membaik di Tengah Pandemi Virus Corona

Ilustrasi lapisan ozon.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Di tengah meningkatnya penyebaran pandemi Virus Corona COVID-19, baik Indonesia maupun dunia, ternyata masih ada kabar baik dari komunitas ilmiah. Para ilmuwan telah mengonfirmasi terjadi perubahan dalam jet stream atau arus udara cepat di ketinggian, sebagai bukti adanya pemulihan lapisan ozon, sang pelindung Bumi, di atmosfer.

Sebagai informasi, ozon merupakan sejenis molekul anorganik yang ada di lapisan stratosfer Bumi dan bertanggung jawab untuk menyerap radiasi ultraviolet Matahari dan benda luar angkasa lainnya yang berbahaya.

Lantas, apakah benar ini ada kaitannya dengan merebaknya wabah Corona?

Tingkat ozon telah menurun ke tingkat yang mengkhawatirkan, di mana ada perjanjian yang dikenal sebagai Protokol Montreal pada 1987 telah mengimbau penghentian penggunaan zat perusak ozon (ODS) d seluruh dunia. Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature menyebutkan bahwa penerapan Protokol Montreal telah berhasil.

"Penelitian ini menambah bukti yang semakin menunjukkan efektivitas dari Protokol Montreal. Tidak hanya perjanjian yang memicu penyembuhan lapisan ozon tapi juga mendorong perubahan dalam pola sirkulasi udara di belahan Bumi selatan," kata Antara Banerjee, peneliti Ilmu Kimia di Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), seperti dikutip dari situs Metro, Jumat, 27 Maret 2020.

Studi ini melibatkan penggunaan simulasi komputer untuk mendeteksi apakah pola tertentu dari perubahan angin yang diamati, di mana kemungkinan disebabkan oleh variabilitas alami atau mungkin perubahan faktor yang disebabkan manusia seperti emisi bahan kimia penipis lapisan ozon dan karbondioksida (CO2) ke atmosfer.

"Tantangan dalam penelitian ini adalah membuktikan hipotesis kami bahwa pemulihan lapisan ozon sebenarnya mendorong perubahan sirkulasi atmosfer ini, dan hal itu bukan hanya kebetulan," ungkap Banerjee.

Ia juga menunjukkan bahwa sementara meningkatnya emisi CO2 terus memperluas sirkulasi dekat-permukaan, termasuk arus udara cepat, hanya perubahan lapisan ozon yang dapat menjelaskan jeda dalam tren sirkulasi.

Kendati demikian, Banerjee dan para ilmuwan khawatir tren ini kembali berubah karena emisi karbondioksida (CO2) terus lepas kendali dan perubahan iklim menjadi masalah yang menentukan. Bagaimana hal itu terjadi setelah merebak pandemi Virus Corona COVID-19 di seluruh dunia, yang masih harus diselidiki.