Hujan Abu dari Erupsi Merapi Bisa Merusak Paru, Warga Butuh Masker

Petugas BPPTKG tengah melakukan pemantauan Gunung Merapi.
Sumber :
  • VIVA/Cahyo Edi

VIVA – Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG mengabarkan gunung Merapi erupsi pada Selasa pagi 3 Maret 2020, pukul 05.22 WIB. BPPTKG dalam akun Twitter mengatakan tinggi kolom erupsi mencapai kurang lebih 6.000 meter.

Kabar ini kemudian menjadi trending topic di Twitter dengan tagar #merapi yang mengumpulkan 18,6 ribu tweet. Hal yang paling mereka soroti adalah soal hujan abu yang sudah menebal di beberapa daerah. Hal itu membuat penduduk di sekitar Merapi membutuhkan masker.

Dari akun Twitter @BelvaGeniosa menulis, "Astaghfirullah yang pada menimbun masker tolong, ini lebih bahaya ketimbang Covid-19 buat orang sehat. Debu silica dari abu vulkanik bisa menyebabkan Silicosis dan paru-paru rusak.. #Merapi," ujarnya.

Ia juga mengedukasi abu vulkanik yang bisa menyebabkan gangguan pernapasan. Efeknya bisa jangka pendek dan panjang. Untuk kondisi awal warga sekitar akan merasa batuk, sesak napas dan mata merah.

Namun untuk jangka panjangnya saturasi oksigen pada darah si penderita akan menurun dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Kemudian jika menghirupnya dalam jangka panjang bisa menyebabkan jaringan paru rusak dan tidak bisa optimal menghirup oksigen.

Akun tersebut memberi saran untuk menghindari hal-hal tersebut. Pertama penduduk harus menggunakan masker, menggunakan kacamata, tetap di dalam rumah, tutup jendela dan pintu serta rajin membersihkan debu vulkanik yang masuk ke dalam rumah.

"Jadi hoi penimbun masker kalian jahara banget.. yang udah terlanjur pada beli banyak buat melindungi diri dari #COVID19 juga mendingan maskernya disumbangin ke daerah terdampak abu #Merapi dulu plisss... InsyaAllah ini lebih membantu daripada disimpan di rumah," katanya.