Pedang Kuno Berusia Ribuan Tahun Ditemukan
- U-Report
VIVA – Sebuah pedang kuno yang diperkirakan dibuat sekitar lima ribu tahun silam berhasil 'ditemukan kembali'. Senjata tua itu adalah salah satu pedang tertua di dunia yang berasal dari Turki timur laut.
Pedang itu berhasil diidenfitikasi di sebuah museum di Pulau Saint Lazarus, Venezia, setelah sebelumnya para ahli mengira pedang tersebut hanya berasal dari abad pertengahan.
Namun seorang mahasiswa lokal dan ahli senjata kuno memeriksanya dan berhasil menemukan asal-usul asli pedang itu.
Para ahli menduga pedang itu kemungkinan besar digunakan sebagai senjata ofensif, namun juga memiliki fungsi untuk acara seremonial. Diduga pedang itu juga dipakai dalam ritual penguburan.
Dilansir dari The Sun, Senin 2 Maret 2020, pedang tersebut disimpan di Biara Armenia Venesia, tepatnya di sebuah pulau kecil di Laguna Venezia. Benda itu dipajang di samping benda-benda abad pertengahan, namun Vittoria Dall'Armellina dari Universita Ca'Foscari menyadari bahwa benda itu terlihat lebih tua.
Pedang itu tampak jauh lebih mirip dengan yang berasal dari Arslantepe, situs kota kuno di Turki modern. Peninggalan khusus itu berasal dari kota kuno Trebizond di Turki. Pedang dari Arslantepe berasal dari waktu sekitar tiga ribu sebelum masehi (SM) yang merupakan awal dari zaman perunggu.
Tak seperti peninggalan Arslantepe lainnya, kreasi tembaga arsenik ini tidak dihiasi dan tidak mengandung prasasti. Pedang itu diyakini telah dibawa dari Trebizond ke Venezia pada paruh abad ke-19.
Sebelumnya, para ilmuwan sedang menyelidiki peninggalan Suku Aborigin tertua di Australia, di mana mereka menemukan bukti bahwa manusia purba hidup secara vegetarian.
Ilmuwan lalu menyelidiki Madjedbebe, salah satu pemukiman manusia purba paling awal di Australia yabg berusia 65 ribu tahun. Dilansir dari situs Daily Mail, tim peneliti yang dipimpin oleh Anna Florin dari Universitas Queensland, Australia ini mengumpulkan sampel arang kecil yang berisi jejak makanan yang dimasak dan dimakan penduduk kala itu.
Menurut Florin sampel itu didapatkan secara tidak sengaja ketika makanan tumpah saat sedang dimasak. Serpihan makanan bercampur dengan bara api di bawahnya. Kemudian arang mengawetkannya menjadi jejak kimia yang mengarahkannya ke bahan-bahan asli.
"Ini luar biasa karena orang-orang bekerja keras dengan jenis makanan nabati yang mereka makan. Tidak hanya terlihat pada potongan arang, tapi juga pada alat bantu yang mereka gunakan," ungkap Florin.