Amazon Buka Data Center di Indonesia, Keamanan Berlapis 'Harga Mati'
- VIVA.co.id/Novina Putri Bestari
VIVA – Amazon Web Services (AWS) merupakan anak perusahaan dari Amazon.com yang bergerak di bidang komputasi awan (cloud computing). Oleh karena itu, faktor keamanan tidak bisa ditawar-tawar lagi alias menjadi prioritas.
"Kami punya yang namanya Shared Responsibility Model. Jadi sistem keamanannya dilapisi dua layer. Pertama untuk konsumen dan kedua untuk sistem kami. Tak bisa dipungkiri, faktor keamanan jadi sangat sensitif bagi pebisnis yang menggunakan layanan komputasi awan," kata Senior Technical Evangelist AWS ASEAN, Donnie Prakoso, kala berbincang dengan VIVA, kemarin.
Satu sisi, ia melanjutkan, pelanggannya tetap berhak atas kepemilikan data-data mereka. Sisi lain, AWS tetap bertanggung jawab dari sistem keamanannya.
Donnie mengaku akan menjaga di sisi pusat data (data center) supaya dapat membantu keamanan data konsumen, yaitu melalui Shared Responsibility Model.
"Kami juga rutin menggelar seminar untuk pelanggan agar mereka lebih teredukasi," jelasnya. Tak hanya itu, Donnie mengaku jika AWS mengembangkan beberapa fitur yang memungkinkan pengguna bisa mengelola data mereka di sistemnya sendiri.
Selain itu, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS) ini mengklaim akan membuka tiga data center-nya dan beroperasi pada 2022 di Indonesia. Prediksi ini berdasarkan pada perkembangan perusahaan rintisan atau startup yang semakin marak.
"Kami sudah melakukan transformasi dengan mengadopsi layanan cloud," ungkap Donnie. Sebelumnya, AWS mempermudah pemanfaatan teknologi-teknologi digital baru (emerging technology), seperti artificial intelligence (AI) dan machine learning (ML) dalam berbagai fitur di ekosistem berbasis cloud.
Kemudahan itu diwujudkan dalam berbagai fitur berlandaskan customer experience yang dipakai dalam eksperimen inovasi.
Olivier Klein, head of Emerging Technologies AWS Asia Pasifik, menjelaskan perubahan besar yang terjadi saat ini, terutama didorong oleh inovasi digital terbaru, seperti Gojek dan Grab.
"Dengan pemanfaatan teknologi secara tepat, hal itu bisa membuat model bisnis baru, melakukan penetrasi pasar, dan men-drive customer baru," katanya.
Menurut Olivier, teknologi baru memungkinkan munculnya berbagai inovasi mutakhir, seperti kendaraan mandiri (autonomous vehicle), drone, voice assistants, chatbots, personalized experiences, dan fraud detection.