Virus Corona Senjata Biologi China: Cara Culas AS Menang Perang Dagang

Militer China dilibatkan dalam pencegahan penyebaran Virus Corona.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Virus Corona (Coronavirus/nCov) diduga kuat adalah senjata biologi yang dikembangkan oleh China. Boleh percaya atau tidak. Harus diingat, Amerika Serikat (AS) dan China menggaungkan perang dagang sejak 2018. AS berupaya menjungkalkan China dengan berbagai cara. Mungkinkah Coronavirus bagian dari kampanye hitam AS memenangkan perang dagang atas China?

Tak bisa dipungkiri jika wabah ini telah membuat publik dunia tersentak dan merana. Virus penyebab pneumonia misterius ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China, sejak akhir 2019. Berdasarkan laporan dari Komisi Kesehatan Nasional China sudah 170 orang meninggal dunia dengan jumlah kasus yang mencapai 7.711 kasus terkait Coronavirus.

Wabah virus ini hampir mirip dengan Sindrom Pernapasan Timur Tengah atau MERS dan Sindrom Pernapasan Akut Parah atau SARS. Ketika Virus Corona menginfeksi hewan, maka yang terjadi adalah gangguan pernapasan.

Coronavirus tidak stabil ketika berada di udara, hanya mampu hidup selama 3 jam, sehingga kecil kemungkinan penularan lewat udara. Adapun penyebaran virus lebih dimungkinkan lewat bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kepada orang yang ada di dekatnya.

Intelijen Israel

Gejala orang yang terkena Virus Corona antara lain demam, sulit bernapas, dan batuk kering. Tak ayal, Virus Corona telah menjadi sosok yang mengerikan. Tudingan bahwa Coronavirus adalah senjata biologi China diungkapkan oleh mantan perwira intelijen militer Israel Dany Shoham.

Petugas memeriksa warga yang diduga terjangkit Virus Corona.

Ia mengaitkan laboratorium penelitian virus paling maju di China, atau Wuhan National Biosafety Laboratory, dengan riset Angkatan Bersenjata China yang bersifat sangat rahasia dan tertutup. Artinya, Shoham mengatakan penelitian pada senjata biologis merupakan bagian dari penelitian sipil-militer.

Tak hanya itu. Shoham juga menghembuskan kecurigaan terhadap laboratorium ini karena lokasinya yang terletak 32 kilometer dari Pasar Seafood Huanan, tempat asal virus ini menjangkiti manusia. "Meski dirancang dengan standard biosafety level 4, tidak menutup kemungkinan jika ada virus yang lolos dari laboratorium itu," klaim dia.

Sementara itu, banyak warga China yang berpendapat bahwa Virus Corona justru senjata biologi milik AS untuk melumpuhkan China, setelah Paman Sam kalah perang dagang selama dua tahun. Perang ini meletus setelah Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor pada 2018.

Ini merupakan sanksi atas China, yang dituding telah melakukan praktik dagang yang tidak adil dan merugikan ekonomi AS. Selama dua tahun, kedua negara saling serang menerapkan tarif hingga nilainya mencapai ratusan miliar dolar AS.

Meski pada awal Januari 2020, AS dan China telah menandatangani kesepakatan dagang Fase I yang diharapkan bisa menjadi solusi perdagangan. Namun sepertinya AS tidak terima dengan kekalahan ini.

Daftar hitam

Senada dengan Shoham, guru besar di Universitas Fudan, Shanghai, Larry Romanoff, setuju kalau Virus Corona adalah senjata biologi milik China meskipun dirinya tidak bisa memastikan secara langsung.

"Walau seperti kita ketahui bahwa China bilang kalau Virus Corona berasal dari pasar makanan laut di Wuhan. Tapi sulit diterima akal sehat kalau virus ini bisa melompati rintangan spesies tanpa bantuan manusia. Memang belum ada bukti (Virus Corona adalah) senjata biologi. Tapi ini berpotensi menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang dramatis," tegas Larry.

Sebelumnya, AS berupaya mengalahkan China lewat isu negatif Huawei dan Uighur. Sayangnya, kedua isu yang dihembus secara masif oleh Paman Sam dan sekutunya gagal. Tahun lalu, isu Uighur kerap dihembuskan AS bersama para sekutunya untuk menyerang China.

Uighur menjadi makanan empuk Barat untuk menggebuk Beijing. Bahkan, isu Uighur sampai dibawa ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kemudian, pada pertengahan 2019, raksasa teknologi Huawei dimasukkan oleh Departemen Perdagangan AS ke dalam daftar hitam.

Perang dagang AS dan China.

AS juga menempatkan pembatasan baru pada kemampuan Huawei untuk menjual dan mempertahankan hubungan komersial dengan seluruh perusahaan AS. Tak hanya itu, AS bahkan mendesak para sekutu-sekutunya untuk tidak menggunakan produk Huawei dalam membangun generasi berikutnya dari infrastruktur jaringan telekomunikasi mereka.

AS juga menciptakan stigma dengan menuduh semua perusahaan China adalah ancaman bagi keamanan nasional AS dan sekutunya. Pada Oktober tahun lalu misalnya.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross berharap India, yang merupakan pasar telekomunikasi terbesar kedua di dunia, tidak secara tidak sengaja akan menghadapi risiko keamanan yang tidak diinginkan, dengan menggunakan teknologi 5G milik Huawei.

Namun faktanya justru berbanding terbalik. Belum lama ini Huawei memperoleh kemenangan besar di India yang menyetujui permintaan mereka untuk berpartisipasi dalam uji coba spektrum jaringan 5G.