Senjata Siluman Bikin Manusia Jadi Zombie, Bukan Hanya Virus Corona
- Pixabay
VIVA – Pekan lalu beredar video di media sosial memperlihatkan orang tiba-tiba jatuh seperti zombie akibat wabah Virus Corona (Coronavirus/nCov) di Wuhan, China.
Sejak virus ini menyebar pada akhir Desember 2019 dan memakan korban hingga 80 orang tewas, Wuhan kini dijuluki sebagai tanah zombie (zombieland) oleh warganya sendiri lantaran Pemerintah China mengisolasi ibu kota dari Provinsi Hubei tersebut.
Coronavirus, yang diduga senjata biologi yang dikembangkan China, hampir mirip dengan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS). Virus ini tidak stabil ketika berada di udara, hanya mampu hidup selama 3 jam sehingga kecil kemungkinan penularan lewat udara.
Adapun penyebaran virus lebih dimungkinkan lewat bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kepada orang yang ada di dekatnya. Gejala orang yang terkena Virus Corona antara lain demam, sulit bernapas, dan batuk kering. Tak ayal, Virus Corona telah menjadi sosok yang mengerikan.
Namun, tidak hanya Virus Corona yang membuat manusia menjadi zombie. Pada 2012, ilmuwan Rusia mengembangkan senjata siluman yang bisa mengubah manusia menjadi zombie.
Bahkan, Presiden Vladimir Putin, secara resmi mengonfirmasi bahwa negaranya sedang menguji senjata psikotrononik, yang bisa melumpuhkan pikiran manusia hingga ke kondisi setara "mayat hidup".
Senjata masa depan ini menyerang sistem syaraf pusat korban. Bisa digunakan untuk melumpuhkan musuh-musuh Rusia, bahkan para pembangkang. Ditargetkan bisa digunakan akhir dekade ini.
Putin sampai mendeskripsikan senjata ini sebagai "senjata super", yang menggunakan radiasi elektromagnetik seperti yang ditemukan pada microwave. Senjata itu dikatakan sebagai instrumen baru untuk mencapai tujuan politik dan strategis Rusia.
"Ketika digunakan untuk membubarkan kerumunan dan difokuskan pada seorang pria maka suhu tubuhnya segera naik. Ia seperti dilemparkan ke dalam wajan panas.
Namun, hingga saat ini, hanya sedikit yang kita tahu tentang senjata ini. Bahkan pasukan khusus pun hampir tidak bisa mengatasinya," klaim dia.
Untuk diketahui, penelitian senjata elektromagnetik telah dilakukan di Amerika Serikat dan Rusia sejak tahun 1950-an, tapi tampaknya kali ini, Putin telah mengungguli Amerika Serikat (AS).
Rincian persis senjata tersebut belum terungkap, tetapi penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa gelombang berfrekuensi rendah dapat mempengaruhi sel-sel otak, mengubah kondisi psikologis, bahkan memungkinkan seseorang mengirim perintah atau saran pada pikiran seseorang.
"Dampak teknologi ini sebanding dengan senjata nuklir. Saya yakin senjata siluman ini lebih dapat diterima secara ideologi, politik, maupun militer," ungkap Putin.