Warganet Indonesia Terdepan Bela Uighur, Ini Buktinya

Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, mengikuti kelas Bahasa Mandarin, Jumat, 3 Januari 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Irfan Ilmie

VIVA – Dunia sedang menyoroti kekerasan pemerintah China terhadap muslim Uighur. Di Indonesia, isu ini sedang hangat dengan ditunjukkan munculnya tagar dukungan terhadap suku Uighur yaitu #IndonesiaStandsWithUyghur. 

Tagar tersebut sudah muncul dan mewarnai lini masa Twitter dalam beberapa hari terakhir ini. Dalam penelusuran, isu dukungan kepada muslim Uighur ini berawal dari pemberitaan media asing Wall Street Journal yang menurunkan laporan, Indonesia diam atas kekerasan yang melanda muslim Uighur di Xinjiang. 

Dalam laporan berjudul ‘How China Persuaded One Muslim Nation to Keep Silent on Xinjiang Camps', China dinilai sukses menjalankan operasi melalui ormas Muhammadiyah, NU dan MUI, agar tidak bicara untuk isu kekerasan di Uighur tersebut.

Dari situlah kemudian, isu #IndonesiaStandsWithUyghur menjalar dan viral.

Nah ada beberapa temuan menarik dalam percakapan di media sosial atas tagar dan isu dukungan Uighur tersebut. Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengungkapkan data Drone Emprit menangkap tren pemberitaan Uighur dalam setahun terakhir. 

Tren berita Uighur

Dari 12 bulan ke belakang, berita Uighur melonjak dan menjadi perhatian pada Desember tahun lalu. Kala itu, ujar Ismail, permberitaan media daring di Indonesia ramai menyoroti penyiksaan jutaan muslim Uighur. 

Drone Emprit menunjukkan data per 21 Desember 2018, setidaknya ada 1.030 berita soal tindakan diskriminatif ke Uighur berupa kewajiban belajar bahasa mandarin, mengubah kepercayaan spiritual sampai penyiksaan fisik serta psikologi di kamp penahanan. 

Selepas Desember 2018, berita soal diskriminasi terhadap suku Uighur menurun. Sempat sedikit ramai pada Juli 2019 dan Oktober 2019, berita penyiksaan suku Uighur kembali melonjak pada Desember 2019 gara-gara laporan Wall Street Journal tersebut. 

Indonesia negara paling cerewet

Ramainya perbincangan Uighur di media sosial dalam setahun terakhir ini membentuk kluster. Kluster internasional dimotori oleh akun Khaled Beydoun, seorang ahli hukum dan HAM, serta CJ Weleman, kolumnis Timur Tengah dan aktivis yang melawan Islamofobia. 

Indonesia tak ketinggalan, warganet Tanah Air juga ramai membincangkan Uighur dan sampai menciptakan kluster khusus. 

Drone Emprit mencatat, kluster Indonesia dimotori oleh cuitan dari Hidayat Nur Wahid dan Azzam Izzilhaq. Kluster Indonesia menjadi kluster kedua terbesar di media sosial yang paling ramai membicarakan Uighur. 

"Jd di level internasional, netizen Indonesia termasuk yang paling besar membangun cluster tersendiri dalam membahas isu Uyghur. Tidak ada negara lain yang netizennya bisa membuat cluster sendiri yang signifikan seperti di atas," tulis Ismail. 

Internasional ngekor Indonesia

Dalam setahun terakhir ini, isu Uighur yang digaungkan warganet dunia yaitu kekejaman dalam kamp dan konsentrasi serta diamnya dunia atas pelanggaran HAM dan kebebasan beragama. 

Nah seminggu terakhir ini, justru Indonesia menjadi pionir menyuarakan dukungan pada Uighur. 

Kluster Indonesia dalam 7 hari terakhir ini mengalahkan suara dukungan dari kluster internasional. Bergantian, kluster internasional mengekor kluster Indonesia. 

Menariknya, suara dukungan terhadap Uighur yang membentuk kluster Indonesia itu banyak disokong oleh akun-akun pro oposisi di Indonesia. 

Sementara kluster pro pemerintah, juga mengangkat isu Uighur namun pemantauan Drone Emprit, kluster ini menggunakan tagar #MediaWSJPropaganda, sebagai narasi tandingan dukungan pada tagar dukungan terhadap Uighur. 

Indonesia terdepan

Untuk top influencer yang menggaungkan soal Uighur selama sepekan terakhir ini didominasi akun Indonesia. Dari 5 top influencer, 4 di antaranya adalah akun Indonesia yaitu @liem_id, @arsian_hidayat, @Ace117115a, @IlmFeed.

Dalam sepekan terakhir, Indonesia menjadi negara paling cerewet membahas soal Uighur. Drone Emprit menunjukkan, cuitan dari Indonesia mencapai hampir 20 ribu, disusul oleh Inggris di posisi kedua dengan cuitan cuma ribuan saja. Malaysia yang negara tetangga Indonesia saja kecil suaranya untuk meramaikan isu Uighur. Malaysia menempati urutan ketiga disusul Amerika Serikat di nomor empat yang paling ramai membincangkan Uighur.