Politikus dan Pejabat Tinggi Makin Khawatir dengan Teknologi Ini
- Pornhub
VIVA – Belakangan ini teknologi kecerdasan buatan Deepfakes jadi bahan perhatian penikmat teknologi. Gimana enggak, teknologi Deepfakes memungkinkan kamu membuat video, foto sampai audio rekaan yang mirip dengan dokumen asli.
Mudahnya begini, dengan Deepfakes kamu bisa merekayasa fotomu dengan badan asli dari badan kamu sedangkan bagian kepala diambil dari artis atau pesohor favoritmu. Kamu bisa mudah mengubah wajah bintang pujaan pada foto badan kamu. Hasil rekaan Deepfakes itu begitu mulus, nyaris tak terlihat kalau itu adalah hasil rekaan. Canggih bukan guys?
Teknologi Deepfakes populer setahunan belakangan ini. Menurut data dari Deeptrace, startup yang fokus mengembangkan software pendeteksi pemalsuan berbasis kecerdasan buatan, sampai saat ini ada 14.678 video hasil Deepfakes di internet. Angka tersebut naik 100 persen dari 7.964 video yang diunggah selama 9 bulan belakangan ini.
Deepfakes kerap dipakai untuk menciptakan rekaan video maupun foto porno lho. Jangan kaget, 96 persen dari video hasil Deepfakes merupakan konten porno.
Dan jangan kaget, konten porno hasil Deepfakes itu telah menghasilkan 134,3 juta view di empat situs porno. Tahu enggak, 100 persen menargetkan perempuan!
Malahan setahunan belakangan ini, pengguna bisa dengan mudah menggunakan teknologi Deepfaeks. Saat ini saja, ada aplikasi komputer DeepNude yang memungkinkan memalsukan foto atau konten telanjang mereka.
Dan ternyata, Deepfakes ini menjadi bahan jualan periklanan marketplace lho. Menawarkan jasa menukar video, foto sampai audio sesuai keinginan konsumen.
Ancam politikus
Nah belakangan ini, kecanggihan mereka foto sampai video itu membuat politikus ketar-ketir lho. Malahan laman The Register menuliskan teknologi Deepfakes itu bisa menabur perselisihan politik dan menggerogoti Pemilu. Ini bukan bualan semata lho, sebab Gabon dan Malaysia sudah merasakan dampak Deepfakes pada perpolitikan mereka.
Peneliti kecerdasan buatan terkenal di dunia, dikutip dari laman The Washington Post, sudah khawatir dengan senjata politik luar biasa, yaitu video palsu yang diciptakan dari rekayasa komputasi. Video-video seperti itu bisa merusak citra kandidat dan menyesatkan pemilih selama kampanye Presiden 2020 di Amerika Serikat.
Pada tahun lalu, di Afrika Tengah muncul video Presiden gabon Ali Bongo yang kala itu kesehatannya buruk atau dianggap sudah mati. Atas munculnya video palsu itu, Ali Bongo disebut sebagai pengkhianat oleh lawan politiknya dan memicu kudeta militer Gabon yang gagal.
Kemudian di Malaysia, muncul klip video pengakuan pria yang berhubungan seks sesama jenis dengan Menteri Urusan Ekonomi Azmin Ali. Sang menteri mengecam video tersebut dan banyak yang menduga itu adalah video buatan Deepfakes yang berupaya menghancurkan karier politiknya.
Sedangkan di Amerika Serikat, teknik Deepfakes ini membuat parlemen Amerika Serikat itu khawatir bisa mengancam keamanan nasional, proses pemungutan suara dan menggerogoti reputasi para politikus.
Pada pertengahan tahun ini, House Intelligence Committee Amerika Serikat sampai menggelar rapat dengar pendapat yang mana mengundang para ahli kecerdasan buatan. Rapat itu fokus membahas bagaimana teknologi Deepfakes menghindari upaya deteksi.