Milenial Kaget Petani Indonesia Tebar Benih Pakai Drone
- www.pixabay.com/MabelAmber
VIVA – Penerapan teknologi perlengkapan alat mesin pertanian, seperti autonomous tractor (traktor otonom), alat mesin panen olah tanah terintegrasi hingga pesawat tanpa awak atau drone sebar benih dan pupuk granule, untuk memacu pertumbuhan produksi.
Cara ini diklaim berdampak langsung pada efisiensi waktu dan biaya hingga 40 persen untuk pengolahan tanah, 20 persen untuk proses penanaman, dan 28,6 persen untuk penyiangan.
Selain itu, penggunaan mesin transplanter dengan metode tanam jajar legowo 2:1 juga sangat menghemat waktu, tenaga, dan biaya produksi. Istilah legowo di ambil dari bahasa Jawa, yaitu ”lego” berarti luas dan ”dowo” berarti memanjang.
Dengan demikian, legowo diartikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan bahwa metode ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas sampai 0,3-1,8 ton atau 3,5–30,6 persen.
Secara finansial, pola ini juga terbukti telah meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp1,3 juta hingga Rp5 juta, atau dengan kata lain, meningkat sebesar 19,10 hingga 41,23 persen.
"Di sisi lain, pengadaan barang dan jasa melalui e-catalog bisa menghemat anggaran negara hingga Rp1,2 triliun. Penghematan ini digunakan untuk pembelian alat mesin pra-panen dan pascapanen," kata dia, dalam keterangannya, Jumat, 5 Juli 2019.
Selanjutnya, modernisasi pertanian juga sukses meningkatkan kesejahteraan pada Nilai Tukar Petani (NTP) maupun Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP). Kedua item ini meningkat masing-masing sebesar 5,45 persen dan 0,42 persen selama periode 2014-2018.
"Dampak lain dari peggunaan mekanisasi ini mampu menurunkan biaya produksi sekitar 30 persen dan meningkatkan produktivitas lahan sebesar 33,83 persen. Meski begitu, harga yang diterima petani menurun (deflasi) akibat produksi melimpah," ungkapnya.
Penerapan teknologi pertanian ini ternyata mendapat respons positif dari anak muda atau milenial di Tanah Air. Farid (35) misalnya. Ia mengaku kagum dengan perlengkapan teknologi pertanian yang diterapkan pemerintah sejak memasuki era revolusi industri 4.0.
"Saya baru tahu ada drone penebar benih dan alat pemanen pengering. Semuanya dikendalikan lewat komputer. Tinggal klik," ujar pemuda asal Desa Junwangi, Sidoarjo, Jawa Timur.
Ia juga mengaku karena nyaris semua hasil panen bisa dibeli lewat internet dengan sistem online yang diakses lewat website resmi toko tani di Kementerian Pertanian. "Beli sayur mayur, daging, telur, buah dan hasil produksi petani tinggal klik," jelasnya.
Begitu pula dengan mahasiswi Universitas Negeri Surabaya, Aldila (23), yang mengaku bangga dengan perlengkapan bertani yang sudah sarat teknologi. "Meski saya bukan anak pertanian tapi bangga karena melihat langsung teknologi yang ada," papar dia.