Ahli IT ITB Bikin Robot Pantau Situng KPU
- youtube
VIVA – Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi memaparkan bukti kecurangan yang terjadi dalam proses hitungan pemilu 2019 yang dilakukan KPU RI.
Ahli Informasi dan Tekhnologi (IT) dari Institut Tekhnologi Bandung (ITB), Khoirul Anas, yang merupakan pendukung pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, memaparkan sejumlah fakta temuan yang telah ditelusuri terkait publikasi hasil penghitungan suara pilpres 2019 yang dimasukan dalam Sistem Informasi dan Perhitungan Suara (Situng) Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sejumlah fakta-fakta kecurangan itu terekam dengan menggunakan robot pemantau layar Situng KPU RI. Alat ini merekam setiap detik layar penghitungan suara KPU RI dari halaman penghitungan nasional sampai halaman penghitungan TPS di setiap daerah.
Karena itu, akan dapat mudah diketahui apabila terjadi perubahan data yang tidak sesuai atau yang sangat mencurigakan. Menurutnya, data yang diinput petugas Situng KPU merupakan data orderan.
"Itu bisa dilihat Aceh, Bali ada semua. Dari menit ke menit. Minta menit ke berapapun akan kami kasih gambarnya. Jadi jangan khawatir kalau bapak ibu sekalian menemukan kecurangan di situ maupun kenyataan, inilah yang disebut robot tidak ikhlas, karena tidak ikhlas Pak Prabowo dan Pak Sandi dicuri suaranya," kata Khoirul Anas saat memaparkan dugaan kecurangan di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Selasa 14 Mei 2019.
Temuan itu seperti yang telah banyak tersebar. Dimana suara Prabowo-Sandi dihapus. Data yang dimasukan telah diubah nama Jokowi-Amin telah ditambah dan Prabowo-Sandi sudah dikurangi.
Kemudian modus lain adalah menambahkan angka kehadiran dalam TPS. Karena suara Jokowi-Amin bertabah. Kemudian ada ketidakwajaran dari input data suara ke Situng KPU.
Ditambahkan Khoirul apabila terdapat kecurangan dan ada bukti dalam robot perekam layar, tentu akan menjadi bukti yang cukup kuat. Dapat ditakuti oleh pelaku yang berbuat curang.
"Ini mungkin yang mereka takuti, mungkin kalau malaikat mereka tak takut, dengan ini mereka takut. Karena ada semua mulai dari tingkat nasional sampai dengan tingkat TPS. Ini tidak akan saya berikan kepada cebong untuk melihat. Saya bilang robot ini ada di planet mars. Anda tidak akan menemukan ada di mana robot ini," ujarnya.
Khoirul juga memaparkan cara melihat kecurangan lainnya, yakni dengan cara investigasi IT forensik yang disebut temuan seorang profesor di Malaysia. Jadi dalam investigasi ini, C1 yang telah di scan diambil secara acak untuk diteliti. Dari sini ternyata terlihat indikasi kecurangan.
Pertama adalah hasil scan dengan latar belakang sama persis namun isinya tulisan dan angka didalamnya berubah dan bergerak. Ini mengherankan karena latar belakangnya tidak bergerak sedikitpun, tetapi isinya yang merupakan hasil penghitungan suara berubah.
"Artinya ketika proses scanning itu seharusnya gambarnya paralel, antara latar belakang dan isinya, tapi di sini isinya menari-nari, artinya ini terindikasi manipulatif," ujarnya.
Penelusuran selanjutnya dilakukan dengan cara menggunakan filter negatif. Dimana saat ketika hasil scan C1 diubah dengan filter negatif, tulisan yang menyebutkan hasil penghitungan suara tidak terbaca, itu berarti telah mengalami proses editing sebelumnya.
"Gambar yang hitam di klik ya, ini proses penggunaan filter negatif. Dari semua yang di scan itu di filter negatif tak ada yang bisa dibaca, artinya ini bukan hasil scanning, tapi hasil editing di microsoft word atau di photoshop," ujarnya.