MRT Jakarta Bukan Komersialisasi, tapi Harus Pikirkan Nasib Pelanggan

Penumpang menaiki kereta MRT pada hari pertama fase operasi secara komersial (berbayar) di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Senin, 1 April 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

VIVA – Direktur Utama Smartfren, Merza Fachys, mengaku tidak setuju jika pengadaan sinyal operator seluler di MRT Jakarta sebagai komersialisasi. Namun, ia mengakui bahwa memang harus ada biaya yang dikeluarkan.

"Bahwa ini adalah area publik, betul. Bandara, jalan tol, dan bahkan, Kebun Raya Bogor juga termasuk," ujarnya di Jakarta, Selasa, 9 April 2019. Merza menambahkan, yang terpenting saat ini adalah memikirkan cara menanggung biaya.

Menurutnya harus mencari solusi agar masyarakat tidak terganggu, apalagi sampai dirugikan. Selain itu, Merza mengatakan bahwa tidak semua sinyal atau coverage menghasilkan revenue atau pendapatan di suatu tempat. Salah satu contohnya pemasangan menara BTS di sepanjang jalan tol.

Di jalan tol, trafik provider tidak terlalu tinggi. Karena, pengguna telekomunikasi tidak berdiam diri dan menggunakan jaringan dalam waktu lama. Dengan fakta tersebut, Merza mengatakan bahwa operator seluler tetap memasang menara BTS pada tempat dengan trafik rendah.

"Mau enggak mau, kita pasang BTS di situ padahal enggak ada trafik yang cukup untuk membebani BTS tersebut," kata Merza. Ia juga mengaku jangan hanya membicarakan nominal penyewaan infrastruktur. Namun harus dihitung untuk pelayanan para pelanggan mereka.

"Tidak sekadar untung dan rugi kita melihatnya, tapi secara komprehensif seluruh pelayanan terhadap semua pelanggan mau seperti apa," papar Merza.