Industri 4.0 dan Potensi Indonesia Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Ilustrasi Revolusi Industri 4.0.
Sumber :
  • www.pixabay.com/geralt

VIVA – Pada era industri 4.0, masing-masing pelaku usaha telah menggunakan berbagai aplikasi dan perangkat sehingga mengarah pada digitalisasi industri.

Bagi mereka yang tidak memanfaatkan teknologi terancam kalah dalam persaingan. Era ini juga dinilai mendorong ekonomi digital serta membuka peluang Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri.  

Pelaksana Tugas Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rosarita Niken Widiastuti menuturkan, di tengah era industri 4.0 pemerintah telah memetakan lima sektor yang dijadikan pionir, yaitu makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia dan elektronika. 

Sektor ini dipilih menjadi fokus industri 4.0 dengan pertimbangan dampak ekonomi dan kriteria kelayakan implementasi yang mencakup ukuran produk domestik bruto (PDB), perdagangan dan lainnya.

Ia menegaskan, implementasi industri 4.0 telah membawa dampak yang positif bagi ekonomi dan peluang kerja di Indonesia. 

Dengan Making Indonesia 4.0, dia yakin akan mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1-2 persen per tahun, sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik sampai 6-7 persen pada periode 2018-2030. 

Selain itu, pertumbuhan PDB ini digerakkan oleh kenaikan signifikan ekspor netto, yang mana Indonesia diperkirakan akan mencapai 5-10 persen rasio ekspor netto terhadap PDB pada 2030.

“Ditambah lagi pembukaan lapangan pekerjaan sebanyak 7-19 juta baik di sektor manufaktur maupun non-manufaktur pada 2030 sebagai akibat dari permintaan ekspor yang lebih besar,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin 25 Februari 2019.

Direktur Pengelolaan Media Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo, Siti Meiningsih menjelaskan Making Indonesia 4.0 sangat membutuhkan dan bergantung kepada kreativitas anak muda yang identik dengan inovasi-inovasi baru.

Kegiatan Lomba Desain Antar Netizen yang diselenggarakan oleh pihaknya merupakan salah satu upaya merangsang inovasi anak muda dalam menjalankan industri 4.0.

“Generasi muda menjadi tulang punggung kemajuan suatu bangsa. Mereka memiliki kemampuan berinovasi dan berkreativitas mengembangkan ekonomi diri bahkan bangsanya. Kreativitas sudah tentu akan mendorong inovasi yang menciptakan nilai tambah lebih tinggi," kata Siti.

Siti menerangkan, kontribusi ekonomi kreatif pada perekonomian nasional memang nyata. Nilai tambah yang dihasilkan ekonomi kreatif juga mengalami peningkatan setiap tahun. 

Pertumbuhan sektor ekonomi kreatif sekitar 5,76 persen. Artinya berada di atas pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih, pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, jasa-jasa dan industri pengolahan. 

Di bidang teknologi informasi, hingga 2020 potensi industri aplikasi, game hingga Internet of Things (IoT) di Tanah Air diproyeksikan bisa mencapai US$130 miliar atau senilai Rp1.734 triliun.

“Besarnya potensi ini tentu harus dimanfaatkan oleh para pelaku ekonomi digital, agar Indonesia bisa menjadi tuan di negeri sendiri,” kata dia. (dhi)