Masyarakat Indonesia Dinilai Belum Sadar Bahaya Sampah Elektronik
- VIVA.co.id/Novina Putri Bestari
VIVA – Berdasarkan penelitian International Telecommunication Union (ITU) bersama United Nations University (UNU), e-waste atau sampah elektronik mencakup produk-produk yang dibuang seperti baterai, colokan ponsel atau charger, laptop, televisi, lemari es dan mainan listrik, terus meningkat.
Penyedia solusi terpadu pengelolaan limbah dan sampah yang tersertifikasi, PT Arah Environmental Indonesia, memperkenalkan Ecofren.
Solusi ini yang mencakup perencanaan, perlengkapan, pengemasan, pengangkutan, pengolahan, pelatihan, dan konsultasi, serta penempatan sumber daya manusia (managed service) dalam mengelola limbah secara tepat.
Direktur Utama PT Arah Environmental Indonesia, Gufron Mahmud mengatakan, banyak masyarakat yang masih belum paham terhadap bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mereka hasilkan.
“Makin masifnya penggunaan perangkat teknologi, semakin banyak pula limbah B3 yang dihasilkan," ungkapnya di Jakarta, Jumat 22 Februari 2019. Kemudian, pada 2016, terdapat 44,7 juta metrik ton e-waste yang telah dihasilkan.
Menurut Gufron, artinya ada penambahan 3,3 juta metrik ton atau 8 persen jika dibandingkan pada 2014. Dan, hanya sekitar 20 persen atau 8,9 juta metrik ton dari semua e-waste yang dapat didaur ulang pada tahun yang sama.
Ia menuturkan solusi Ecofren ditawarkan dalam tiga paket, yakni EcoPrime, EcoComprehensive, dan EcoBasic. Masing-masing jenis paket dibedakan berdasarkan kebutuhan pelanggan, seperti frekuensi pengangkutan, jenis limbah, dan volume limbah yang dihasilkan.
Pelanggan paket EcoPrime mendapatkan fasilitas berupa pengemasan ulang untuk masing-masing jenis limbah dan dapat mengelola sampai dengan 90 jenis limbah.
Adapun pelanggan paket EcoComprehensive mendapat semua layanan paket EcoPrime dan layanan ekstra berupa penanganan sampah sejenis domestik.
"Pelanggan paket EcoBasic bisa mengelola empat jenis limbah dan mendapatkan fasilitas satu unit EcoBox, sebuah wadah unik four-in-one untuk memilah limbah (limbah elektronik, baterai bekas, lampu bekas dan tinta cartridges bekas)," jelasnya.
Gufron juga mengingatkan bahwa mereka ingin membangun awareness atau kesadaran terhadap limbah B3. Ia mengaku ada juga masyarakat yang sadar bahaya limbah B3 tetapi tidak tahu cara memisahkan tiap komponen sehingga tidak diolah dengan benar. (ann)