Tanya Profesor, Skill yang Bikin Kamu Sukses di Era Teknologi
VIVA – Dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 yang kini sudah mulai berlangsung, kalangan anak muda dianggap sudah lebih siap. Alasannya, sejak kecil, mereka sudah berkenalan dengan segala macam barang elektronik seperti gadget.
"Anak muda, kecilnya sudah main PS (Play Station), gadget, jadi dia pasti lebih siap," kata Guru Besar Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Khasali di Jakarta, Senin, 17 Desember 2018.
Meski demikian, bukan berarti tak ada hambatan bagi anak muda untuk masuk ke era serba digital. Salah satunya pengasuhan dari orangtua yang berpikiran feodalistik dan cenderung tak mau peduli dengan teknologi baru. Padahal menurut Rhenald, siapa pun harus peduli dengan teknologi baru. Tak peduli tua maupun muda.
Rhenald lantas menyebutkan tiga skill atau keahlian yang harus dimiliki anak muda untuk siap masuk ke era Industri 4.0.
1. Terampil Mengolah Data
Menurut Rhenald, pertarungan pada akhirnya akan berpusat pada data. Dengan jumlah yang besar, seseorang harus mampu untuk memilih data yang dianggap paling penting.
"Dia tidak bisa mengambil semuanya, dia bisa memilah ini data yang penting," kata dia.
Keterampilan bekerja dengan data juga menjadi penting nantinya. Seseorang harus bisa mengolah data yang dimilikinya.
Data diolah untuk disusun, nantinya bisa berarti bagi kebutuhan pemilik data tersebut. Contoh, data yang dimiliki Gojek untuk layanannya, disusun agar bisa dipetakan.
"Dia petakan mana yang paling ramai jam berapa. Dari situ tinggal meletakkan armadanya, memberikan imbauan ke jaringannya, siap-siap ada di mana karena di situ saat terjadi keinginan, konsumsi terjadi," kata dia.
2. Cepat Tapi Sabar
Mengerjakan sesuatu membutuhkan kesabaran. Karena tanpa itu, pekerjaan tak akan berhasil. Namun dia mengingatkan orang yang lambat juga tidak bisa menghasilkan apapun.
Menurutnya, manusia harus cepat tapi dengan sedikit lebih sabar. Manusia membutuhkan kesabaran karena tidak bisa mengerjakan sesuatu secara cepat sekaligus.
"Ada pertemuan antara human behaviour dan gadget behaviour. Gadget ini begitu cepat dan manusia tidak bisa mengimbanginya. Manusia perlu waktu untuk istirahat. Tapi mesin tidak akan letih," kata dia.