Mayoritas Orang Indonesia Belum Sadar Keamanan Siber

Iustrasi wanita.
Sumber :

VIVA – Kesadaran ekosistem teknologi untuk masalah keamanan masih menjadi masalah. Salah satunya mengenai pemahaman masyarakat tentang cyber security.

"Awareness menjadi titik terlemah mata rantai keamanan saat ini," kata Deputi Proteksi BSSN, Agung Nugraha, di Jakarta, Kamis, 6 Desember 2018. 

Kesadaran ini menurutnya juga harus terlihat dari para pelaku industri. Agung mengatakan belum tentu mereka juga sadar mengenai keamanan siber. 

Internet saat ini sudah hyperconnected. Ponsel bukan lagi milik sendiri namun juga bisa menjadi milik satu komunitas. 

"Kalau ada email kantor terkoneksi, akan menjadi terhubung, handphone kena virus, server kantor saat terkoneksi dengan handphone akan tertular," kata dia. 

Untuk mewujudkan keamanan siber, seharusnya bukan hanya satu pihak saja. Tapi diperlukan kerja sama semua elemen, mulai dari pemerintah, industri, akademisi hingga masyarakat itu sendiri. 

Agung mengatakan bahwa BSSN belum memiliki satu postur gambaran mengenai kondisi keamanan siber di sektor industri secara menyeluruh. Termasuk infrastruktur kritis nasional.

"Kalau kami sudah memilikinya akan memudahkan pemerintah dan semua stakeholder terkait melakukan suatu aktivitas bersama. Melakukan pertukaran informasi, kerja sama, termasuk insiden," kata dia. 

Salah satunya mitigasi jika terjadi insiden. Belum ada siapa yang bertanggung jawab atas apa. 

Pertukaran informasi saat terjadi insiden menjadi sangat penting. Jadi tidak akan terjadi efek domino. 

"Jangan sampai satu insiden karena sudah hyperconnected, kalau tidak segera dimitigasi dan diisolasi ini menular. Ada domino effectnya," ujar Agung.