Era Digital Learning, 39 Persen BUMN Masih Konvensional
- Pixabay
VIVA – Tren digital yang merambah semua lini kehidupan, memaksa perusahaan untuk berubah, termasuk dalam hal pendidikan atau pelatihan untuk para SDM. Saat ini merupakan tren digital learning pada era Revolusi Industri 4.0.
Sayangnya, survei yang diadakan Telkom Corporate University menyebutkan jika sekitar 39 persen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menerapkan sistem pelatihan atau pembelajaran konvensional. Ini artinya belum banyak yang BUMN di negara ini yang menerapkan digital learning sehingga perlu ada desakan.
"Sebanyak 39 persen perusahaan mengaku masih menerapkan pelatihan konvensional, 31 persen gabungan konvensional dan semi digital. Baru 30 persen yang telah memadukan digital learning dengan pelatihan pada umumnya," ujar Senior General Manager Telkom Corpu Rina D. Pasaribu, dalam keterangannya, Kamis, 6 Desember 2018.
Menurut Rina, merujuk survei tadi, 44 persen perusahaan sudah miliki sarana prasana digital learning namun tidak efektif digunakan. Sedangkan 43 persen lainnya malah belum punya sama sekali. Baru 13 persen perusahaan yang mengaku sudah punya sekaligus digunakan secara efektif. Dengan metode sekarang, tingkat kepuasan terbesar berada di angka 8 dari skor 10. Selanjutnya, diikuti oleh skor 7, 6, dan 9.
Terkait biaya pelatihan, sebanyak 36 persen perusahaan mengeluarkan kocek Rp3-5 juta per karyawan per tahun, dan sebanyak 35 persen mengeluarkan Rp5-10 juta per karyawan per tahun. Jumlah pelatihan yang diberikan 54 persen perusahaan pun kebanyakan memakan waktu 3 sampai 5 hari, sedangkan lebih dari 5 hari itu 25 persen, dan kurang dari 3 hari sebanyak 21 persen.
"Melihat statistik tersebut, digital learning adalah jawaban efektivitas dan efisiensi pelatihan dan pembelajaran karyawan di BUMN," kata Rina.
Survei ini dilakukan dengan melibatkan sejumlah peserta 'PluggedIn, Corpu Indonesia Learn & Share', sebuah forum digital learning yang dihadiri sedikitnya 300 perwakilan dari 74 entitas (60 BUMN, 5 lembaga pemerintah, 2 universitas, dan 7 swasta). Sebanyak 80 peserta dilibatkan dalam survei tersebut.