Kun Fayakun Bukan Sim Salabim, Lihatlah Lahirnya Bintang dan Planet

Ilustrasi Galaksi Bima Sakti.
Ilustrasi Galaksi Bima Sakti.
Sumber :
  • Pixabay/Derwiki

VIVA – Proses kelahiran bintang sudah dapat dijelaskan oleh astronomi. Bintang lahir dari awan debu gas raksasa. Bintang pada awal pertumbuhannya melalui tahapan bintang kerdil sebelum nanti menjadi bintang raksasa. Sedangkan matinya bintang bermacam-macam, tak seragam.

Dalam kaca mata Islam, penciptaan alam semesta adalah kuasa Allah. Allah berkuasa atas segala sesuatu, termasuk menciptakan alam semesta raya. Bagi Allah, dalam kaca mata Islam, kekuasaan menciptakan sesuatu itu bisa terjadi pada kehendak 'kun fayakun' atau 'jadilah maka jadilah'. 

Seorang warganet bernama Syafaat Muhammad penasaran, jika memang Allah menggunakan 'kun fayakun' mengapa penciptaan bintang dan planet melalui sebuah proses, tidak serta merta seperti dalam pemahaman 'kun fayakun' selama ini.

Rasa penasaran itu ditampilkan di channel  YouTube Najwa Shihab dalam program tanya jawab ahli tafsir Alquran, Quraish Shihab, program Sains dan Teknologi dalam Islam. 

Syafaat mengajukan pertanyaan kepada Quraish Shihab soal definisi 'kun fayakun' dalam penciptaan alam semesta.

"Bintang dan planet banyak di langit dan kita tanpa bisa membedakan secara kasat mata. Secara sains proses terjadinya bintang-bintang itu identik mirip juga kematiannya. Lalu apakah Kun Fayakun itu melalui proses bukan sekejap mata?" tanya dia. 

Dalam jawabannya, Quraish Shihab menegaskan ‘kun fayakun’ melalui sebuah proses, tak serta merta langsung jadilah sesuatu.

"Jangan anggap kun fayakun itu seperti sim salabim, ada proses," jelas Quraish dalam channel YouTube tersebut. 

Ahli tafsir Alquran itu menyontohkan, ‘kun fayakun’ dalam penciptaan Nabi Isa. Dia mengatakan, dalam Surat Ali Imran ayat 61, Allah berfirman penciptaan Isa adalah seperti penciptaan Adam. Allah menjadikan Adam dari tanah dan kemudian Allah berfirman ‘kun fayakun’. 

"Itu proses kelahiran Isa, ada prosesnya atau tidak? Ada itu. Bunda Maria mengandungnya, kemudian pergi ke tempat terpencil, disuruh menggerakkan pohon, ada proses," jelasnya. 

Contoh lainnya, Quraish Shihab menunjukkan pada penciptaan langit dan bumi. Dalam Islam, langit dan bumi disebutkan diciptakan Allah dalam 7 hari. Namun dalam pandangan ahli tafsir Alquran itu, hari itu bukan terbatas pada waktu 24 jam. Hari, menurutnya mewakili sebuah periode waktu. 

"Bisa jadi hari di sini itu ribuan tahun," katanya. 

Mantan Menteri Agama itu mengatakan, ‘kun fayakun’ artinya pendekatan kepada manusia bahwa Allah untuk menciptakan sesuatu itu sangat mudah, tanpa alat dan waktu. 

Kun Fayakun mewakili kuasanya Allah, sehingga penciptaannya tergambar lebih mudah dari seseorang mengucapkan kalimat ‘kun fayakun’

"Jadi Kun Fayakun itu gambaran tentang cepat dan berkuasaannya Allah dalam menciptakan sesuatu, mau seberapa cepat itu tergantung dari Tuhan," katanya. (ase)