Bahaya Terselubung di Balik Film Superhero

ironman bunuh Capt America 3
Sumber :
  • marvel

VIVA – Karakter superhero yang tampil di film-film, mulai dari Superman, Batman, hingga Iron Man, banyak diidolakan anak-anak di seluruh dunia. Mereka menjalankan tugas sebagai penumpas kejahatan, membela kebenaran dan kaum yang lemah, sehingga kesan 'Good Guy' (sosok baik), begitu melekat pada superhero. 

Tetapi sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa superhero 'Good Guy' ternyata dapat mengirim pesan yang sangat negatif kepada anak-anak, ketika menyangkut adegan kekerasan.

Dilansir dari laman Mirror, Selasa, 6 November 2018, peneliti dari Penn State University telah menemukan bahwa superhero cenderung lebih kejam daripada karakter penjahat dalam film.

Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis 10 film berbasis superhero yang dirilis pada tahun 2015 dan 2016.

Mereka mengklasifikasikan karakter utama sebagai 'baik' atau 'buruk', dan menghitung jumlah tindakan kekerasan yang dilakukan oleh masing-masing.

Hasilnya menunjukkan bahwa karakter ‘baik’ melakukan rata-rata 23 tindak kekerasan per jam. Sebaliknya, karakter ‘buruk’ melakukan rata-rata 18 tindak kekerasan per jam.

Dr Robert Olympia, yang memimpin penelitian, mengatakan, “Anak-anak dan remaja melihat superhero sebagai 'orang baik', dan mungkin dipengaruhi oleh peran mereka dalam perilaku pengambilan risiko dan tindakan kekerasan.”

Dari fakta tersebut, para peneliti menyarankan agar anak-anak harus ditemani orangtua ketika menonton film superhero. Kemudian membahas tentang apa saja yang mereka lihat di film itu. 

"Penyedia perawatan kesehatan anak harus mendidik keluarga tentang kekerasan yang digambarkan dalam genre film ini dan potensi bahaya yang mungkin terjadi ketika anak-anak mencoba untuk meniru pahlawan idola ini."

John Muller, peneliti utama dalam studi tersebut, mengatakan, “Anak-anak melihat film ini bersama keluarga atau orangtua, dapat menjadi penangkal yang efektif terhadap persepsi kekerasan dalam film-film berbasis superhero."

"Dalam menonton media kekerasan secara pasif, ada pesan implisit bahwa orang tua menyetujui apa yang dilihat anak-anak mereka, dan studi sebelumnya menunjukkan peningkatan perilaku agresif yang sesuai," Muller menambahkan. 

Dengan orangtua mengambil peran aktif dalam tontonan media anak-anak, dan bersedia melakukan mediasi, kata Muller, dapat membantu anak-anak mengembangkan pemikiran kritis dan nilai-nilai yang diatur secara internal. (ase)