Terbongkar, Penyebar Antivaksin di Media Sosial

Pemberian Vaksin Campak Rubella
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra

VIVA – Akun robot dan akun yang menghasut atau troll di media sosial asal Rusia teridentifikasi menyebarkan misinformasi tentang vaksin di Twitter. Menurut penelitian ilmuwan George Washington University Amerika Serikat, sejumlah besar diskusi daring tentang vaksin dapat dihasilkan oleh akun robot dan troll untuk menciptakan perselisihan

Dikutip dari melalui laman Mirror, Minggu 26 Agustus 2018, taktik yang pelaku gunakan terlihat sama dengan yang mereka gunakan selama pemilihan presiden Amerika Serikat 2016. Beberapa postingan antivaksin bahkan datang dari akun yang sama, akun yang berasal dari Rusia. Studi ini dipublikasikan di American Journal of Public Health. 

"Bot yang memosting pesan antivaksin disebarkan oleh malware dan konten yang tidak diminta, troll Rusia mempromosikan perselisihan. Sebagian besar orang Amerika percaya bahwa vaksin aman. Namun saat melihat Twitter ada banyak perdebatan," ujar asisten profesor George Washington University, David Broniatowski. 

Postingan antivaksin tersebut berasal dari beberapa jalan, seperti akun bot, pengguna manusia, atau akun hasil meretas lalu diambil alih oleh akun robot bot (cyborg). Tim peneliti tidak mungkin mengetahui jumlah postingan tersebut, namun sebagian besar wacana antivaksin dilakukan oleh orang jahat dengan beberapa agenda tersembunyi.

Mereka memeriksa postingan yang dikirim pada Juli 2014 hingga September 2017. Hasil pemeriksaan menunjukkan, pelaku yang sama dengan akun yang turut campur di Amerika. Akun yang mencemarkan konten angkanya mencapai 75 persen lebih. 

"Umpan anti vaksin merupakan hal yang menarik bagi pengikut. Mereka akan membuka iklan dan tautan web yang berbahaya," ujar salah satu anggota peneliti yang berasal dari Universitas Maryland Amerika Serikat, Sandra Crouse Quinn. 

Tim tersebut meninjau lebih dari 250 postingan tentang vaksin yang berasal dari akun yang dikelola oleh Internet Research Agency. Topik yang mereka bahas sengaja dikaitkan dengan masalah rasial dan ekonomi. 

"Troll dengan sengaja menggunakan topik itu untuk menciptakan perselisihan di Amerika. Mereka mengikis kepercayaan masyarakat terhadap vaksin, serta mengekspos semua pada risiko penyakit menular. Ini virus yang tidak menghormati batas nasional," ujar anggota tim dan profesor Universitas Johns Hopkins Amerika Serikat, Mark Dredze.