Label 'Gamer' Dahulu dan Masa Kini, Beda Banget
- Reuters PLUS ESPORTS2017
VIVA – Pengertian gamer dalam beberapa tahun ini terus mengalami perubahan. Jika dahulu gamer sering mendapatkan konotasi yang negatif, saat ini label buruk yang menempel berkurang secara drastis.
Survei yang dilakukan Dell secara online bernama State of Gaming terhadap 5.763 gamer di 11 negara berupaya menjawab sekaligus menepis konotasi negatif gamer saat ini.
Ke sebelas negara ini adalah Australia, Brasil, Kanada, China, Prancis, Jerman, Jepang, India, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat.
Consumer Country Director Dell Indonesia, Tjipto Suparto menyebutkan, gamer sering dianggap memiliki dunianya sendiri. Mereka seolah tidak ingin bersosialisasi dengan orang di sekitarnya.
Namun, menurut Tjipto, label gamer yang melekat khas pada mereka membuat 35 persen gamer merasa senang. Hanya delapan persen gamer yang tidak menyukai label tersebut.
Ia mengatakan, satu dari 10 gamer tidak menyukai label gamer karena malu dianggap seperi anak kecil. Sisanya berada di kategori keren dengan persentase 29 persen, serta kategori semangat dengan persentase 26 persen.
"Perubahan gamer sudah terjadi sejak lima sampai 10 tahun yang lalu. Sekarang mereka senang dapat label gamer. Gamer sekarang beda dengan gamer dulu. Mereka punya hobi lain, enggak melulu nge-game," kata dia kepada VIVA, Kamis, 26 Juli 2018.
Selain bermain game, para gamer ini juga memiliki hobi mendengarkan musik, kumpul bersama keluarga, sosialisasi dengan para gamer, traveling, dan baca buku. Sebanyak 40 persen dari mereka tidak lagi mempermasalahkan etnis dan gender saat melakukan turnamen dengan lawan.
"Manfaat menjadi gamer itu lebih melek teknologi, punya pikiran yang strategis, teamwork, leadership, melatih kecepatan dan punya koordinasi yang baik antara mata dengan tangan," ujar Tjipto. (ren)