Polusi Udara Picu 3,2 Juta Kasus Baru Diabetes
- REUTERS/Kim Kyung-Hoon
VIVA – Dampak polusi udara jangan pernah disepelekan. Studi baru menemukan polusi udara memicu diabetes pada jutaan orang tiap tahunnya.
Studi gabungan tim Washington University School of Medicine Amerika Serikat dengan Veterans Affairs St. louis Health Care System di Missouri, Amerika Serikat, menunjukkan partikel halus yang disemburkan mobil maupun pabrik serta dihasilkan melalui reaksi kimia di atmosfer bukan hanya membuat udara susah dihirup. Pengukuran studi baru memperkirakan, polusi udara membuat 3,2 juta kasus baru diabetes di seluruh dunia pada 2016.
Dikutip dari Sciene News, Selasa 10 Juli 2018, studi peneliti itu merupakan upaya pertama yang dilakukan peneliti dunia untuk mengukur hubungan antara polusi udara dengan diabetes. Sebelumnya banyak studi yang meyakini polusi udara bisa memicu kondisi kronis seperti penyakit jantung maupun diabates.
Untuk mengukur relasi polusi udara dengan diabetes tersebut, tim peneliti melibatkan 1,7 juta veteran Amerika Serikat selama hampir satu dekade.
Dalam pengukuran tersebut, peneliti menggunakan data dari studi global tentang risiko diabetes, data kualitas udara dari Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat dan Badan Antariksa AS (NASA).
Peneliti memakai data itu untuk bisa melihat hubungan antara paparan polusi udara dengan diabetes secara global.
Dari olah dan analisis data tersebut, tim menemukan, polusi udara bertanggung jawab atas 14 persen kasus baru diabetes di seluruh belahan dunia. Padahal data Badan Kesehatan Dunia mengestimasikan 422 juta prang di dunia kini menyandang diabetes tipe 2, naik dari 108 juta pada 1980.
"Riset kami menemukan peningkatan risiko, bahkan dalam level rendah polusi udara yang saat ini dianggap aman oleh Badan Perlindungan AS dan WHO," ujar salah satu peneliti senior dalam studi tersebut, Ziyad Al-Aly, dikutip dari Medical News Today.
Temuan ini makin meningkatkan risiko penyebab diabetes. Seperti jamak diketahui, biang diabetes beberapa di antaranya yakni faktor genetik, bobot tubuh, tingkat aktivitas tubuh, sampai diet.
Al-Aly menegaskan, temuan studi timnya jangan dianggap remeh. Menurutnya perlu ada tindakan segera dari otoritas terkait, sebab menurutnya kelompok pelobi industri masih menganggap santai level kualitas atau polusi udara saat ini. Sementara temuan mereka menunjukkan hal yang mengkhawatirkan.
"Bukti menunjukkan level (polusi udara) saat ini belum cukup aman dan perlu diperketat," tegas Al-Aly.
Peneliti menemukan, memang beban risiko diabetes dengan polusi udara lebih berisiko pada negara tertentu yang punya kualitas udara buruk. Beberapa negara yang paling berisiko dengan hal ini yakni Pakistan, India, China. Ketiga negara ini punya tingkat diabetes yang sangat tinggi dalam konteks polusi udara. Namun hal yang perlu diperhatikan, negara dengan kualitas udara bersih saja masih berisiko terkena diabetes.
Sebut saja Amerika Serikat, yang punya kualitas udara relatif bersih, tapi dalam studi yang dilaporkan di The Lancet Planetary Health, Negeri Paman Sam masih masuk dalam daftar negara yang berisiko diabates yang disebabkan oleh polusi udara. (ch)