Ada Bigo di Balik Blokir Tik Tok?

Aplikasi Tik Tok.
Sumber :
  • Instagram/@tiktok_japan

VIVA – Kementerian Komunikasi dan Informasi dikabarkan memakai jasa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) milik penyedia platform video streaming Bigo Live. 

Chief Technology Officer, Bigo Technology, Jason Hu Jianqiang pada awal bulan lalu mengungkapkan, teknologi AI miliknya dipakai Kominfo untuk pemantauan siber. 

Bigo memang memakai teknologi AI untuk menyortir konten pada platform mereka. Sebagaimana diketahui pada awal kemunculannya di Indonesia, Bigo memang disertai kontroversi. Sebab beberapa ditemukan penyiar dan konten di Bigo menghasilkan konten negatif dan menjurus ke pornografi. Biasanya aksi syur ini muncul saat tengah malam. 

Nah, Bigo memakai AI untuk menghapus gambar atau konten yang melanggar ketentuan perusahaan. 

"Ada tombol lapor pada aplikasi Bigo Live kami. Jadi kami mendorong pemirsa kami untuk melaporkan konten yang melanggar kebijakan live streaming kami. Dengan upaya ini, kami yakin akan menghasilkan platform yang lebih kreatif bagi pengguna," ujar perwakilan Bigo dikutip dari Business Insider. 

Sedangkan Co-Funder Bigo, Jianqiang Hu mengatakan, pada aplikasi Bigo Live mengadopsi teknologi pemantauan Image Recognition System. Sistem ini bisa mengidentifikasi pelanggaran berat, laporan kegiatan sampai peringatan dini.

Selain itu, teknologi pemantauan Bigo Live juga meliputi fitur 'Machine Learning', yang memungkinkannya untuk menyaring gambar secara otomatis. Sistem tersebut memotong klip live streaming menjadi beberapa potongan tangkapan layar dan menyaringnya.

Kemudian, tangkapan layar yang dianggap sebagai pelanggaran ‘tingkat berat’ dikirim ke anggota tim pemantau untuk diproses lebih lanjut, guna memastikan bahwa setiap pelanggaran ditindaklanjuti secara efisien dan akurat.

Kominfo mengakui kementerian memang kepincut dengan teknologi AI milik Bigo. Dirjen Aplikasi dan Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan menjelaskan, alasan Kominfo ingin memakai AI Bigo adalah kemampuan deteksi konten negatif. 

"Kami mempelajari sistem mereka. Sebab sistem algoritmanya Bigo itu akurat, akurasinya untuk mendeteksi gambar dan video porno itu bisa sampai 87 persen," ujarnya kepada VIVA, Rabu 4 Juli 2018. 

Pria yang akrab disapa Sammy itu mengatakan, Kominfo berencana untuk menggunakan teknologi AI Bigo untuk patroli konten porno dan negatif di internet. Namun dia mengatakan, sampai saat ini masih tahap penjajakan. 

"Kami masih uji coba, maksudnya masih mempelajari algoritmanya Bigo untuk di-inject sistem kami," jelasnya. 

Kominfo yang tertarik dengan teknologi AI Bigo untuk mencari konten negatif menimbulkan spekulasi, pemblokiran Tik Tok kemarin memanfaatkan AI milik Bigo.

Soal kemungkinan Kominfo menggunakan teknologi tambahan di luar mesin pengais internet (AIS) dalam pemblokiran Tik Tok, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara bungkam. Dia mengatakan, teknis pemblokiran urusan internal tim Kominfo. 

"Urusan dapurlah. Itu kan secara pencarian. Artinya kami terus monitor," ujarnya. (mus)