Apple Harus Rekrut Nenek-nenek, Ada Apa?

Nenek memakai iPhone
Sumber :
  • www.medium.com

VIVA – Raksasa teknologi seperti Amazon, Alphabet, dan Apple telah menciptakan perangkat yang sangat cocok untuk membantu warga Amerika yang memasuki usia manula. Misalnya, perusahaan teknologi tersebut telah menyediakan asisten bersuara yang membantu kaum manula.

Namun, pengamat menilai perusahaan tersebut merasa menginvestasikan banyak sumber daya untuk mendukung kebutuhan pengguna lanjut usia. Sebaliknya, perusahaan teknologi dunia asyik melayani pengguna kaum milenial, yang menjadi pasar terbesar mereka.

Dilansir dari laman CNBC, Jumat 29 Juni 2018, pemerhati manula mengatakan tren perangkat yang selalu mengarah ke milenial harus berubah, pengguna manula harus mulai mendapatkan perhatian dari perusahaan dunia tersebut. 

Soal caranya, pemerhati manula mendorong agar industri teknologi mempekerjakan orang yang memahami kebutuhan generasi tua. Dengan kata lain, perusahaan teknologi harus mempekerjakan orang Amerika yang sudah tua.

"Ini adalah kelemahan mendasar bagi perusahaan-perusahaan teknologi," kata salah satu pendiri Aging 2.0, Katy Fike. 

Aging 2.0 merupakan kelompok yang mendukung pengusaha untuk peduli pada kebutuhan dan kepentingan manula.

Fike berpandangan, perusahaan harus mempertimbangkan untuk merekrut dan mewawancarai lebih banyak nenek-nenek dibanding dengan kakek. Alasannya, perempuan cenderung lebih lama mengambil keputusan dibandingkan pria.

Usia rata-rata pekerja Amerika adalah 42 tahun. Menurut kelompok riset Payscale rata-rata usia pekerja di Facebook adalah 29 tahun, di Google 40 tahun, Apple 31 tahun, dan Amazon 30 tahun.

Dengan asisten digital berbasis suara misalnya Alexa, Siri, Cortana dan Google Assistant, pengguna manula bisa mengobrol secara alami. Teknologi tersebut dibuat untuk mendapatkan jawaban dan informasi yang pengguna butuhkan.

Efek demokratisasi

Seorang pekerja teknologi veteran, Michael Skaff yang saat ini menjadi Chief Operating Officer Jewish Senior Living Group mengatakan, asisten suara tersebut memiliki 'efek demokratisasi'.

Orang-orang yang tidak pernah menggunakan smartphone mungkin akan merasa nyaman menggunakan asisten suara. Teknologi tersebut juga dinilai sangat bermanfaat untuk pengguna yang memiliki gangguan penglihatan sampai gangguan gerak.

Menurut Skaff, produk tersebut bisa digunakan dalam jangka waktu panjang. Para manula biasanya lebih senang asisten suara menyambut mereka setelah mereka menyentuh tombol pengaturan, daripada harus mengandalkan aktivasi pengguna.

Asisten suara juga memiliki kekurangan bagi mereka yang sulit mendengar sehingga suaranya harus disesuaikan. Misalnya Amazon Echo cenderung dipakai manula untuk mengendalikan perubahan suhu (thermostat), sampai menghidupkan atau mematikan lampu.

Pengguna manula umumnya memanfaatkan asisten suara untuk mengakses kebutuhan yang mengharuskan mereka untuk naik dan turun tangga. 

Sedangkan untuk kaum manula yang mempunyai masalah pendengaran, perusahaan sudah menyiapkan Alexa Captioning. Alat tersebut akan menampilkan tanggapan Alexa dalam sebuah teks layar.