Bikin Bayi di Planet Mars, Bagaimana Jadinya
- YourNewsWire
VIVA – Dalam banyak hal, Planet Mars disebutkan mirip dengan Bumi. Dulu planet ke-4 dari Matahari itu pernah dialiri oleh sungai dan lautan.
Banyak orang menaruh harapan kepada Planet Mars untuk bisa dijadikan tempat tinggal selain di Bumi, atau setidaknya terdapat rekam jejak kehidupan masa lalu di Mars.
Badan Antariksa Amerika Serikat dan Kepala Eksekutif SpaceX, Elon Musk sangat ingin mengirimkan koloni manusia ke Mars. Artinya, penduduk di sana juga harus memiliki bayi untuk memperbanyak populasi.
Berbeda dengan Bumi, Planet Mars mempunyai suhu yang dingin, atmosfer yang tipis, gravitasi yang rendah, serta masih banyak bahaya lainnya. Kondisi lingkungan itu sangat tidak cocok untuk membesarkan anak. Oleh sebab itu, studi baru yang diterbitkan oleh jurnal Futures menyebutkan, membesarkan anak di Mars adalah suatu tantangan yang berat.
"Reproduksi di Mars memang sangat diperlukan guna memperbanyak populasi dan ekspansi selanjutnya, tapi hal tersebut adalah tantangan besar," tulis tim peneliti, dikutip dari Zme Science, Jumat 1 Juni 2018.
Suhu rata-rata di Mars mencapai -80° F (-60° C). Pada musim dingin, suhu di Mars akan berbeda-beda, tergantung pada lokasinya. Suhu di kutub mencapai -195° F (-125° C), sedangkan pada siang hari di dekat ekuator suhunya mencapai 70° F (20° C). Atmosfer Mars yang kaya akan karbon dioksida, 100 kali lebih padat dari Bumi, namun cukup tebal untuk tetap mendukung cuaca, awan, dan angin.
Sperma juga terdampak
Atmosfer Mars yang lebih tipis dari Bumi menyebabkan radiasi dari Matahari ke Mars lebih banyak jumlahnya. Radiasi bisa menyebabkan kerusakan pada sel otak juga beragam jenis kanker.
Jumlah sperma yang dihasilkan juga akan berpengaruh. Sebenarnya efek radiasi jumlahnya bisa dikurangi, tergantung di titik mana populasi tersebut ditempatkan. Namun, hingga saat ini belum dijelaskan di titik mana saja manusia akan hidup dengan aman.
Planet Merah ini juga mempunyai gravitasi yang lebih kecil, sepertiga dari ukuran gravitasi di Bumi. Artinya, tekanan pada tubuh manusia jauh lebih sedikit.
Namun, perubahan gravitasi secara tiba-tiba akan berdampak kepada kesehatan manusia. Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian astronaut yang ditempatkan di ISS.
Penglihatan yang berubah dan tekanan di kepala yang meningkat membuktikan perubahan kondisi psikologis manusia setelah terbang ke luar angkasa.
Gejala yang dirasakan oleh para astronaut disebut Sindrom Gangguan Intrakranial Penglihatan Visual (VIIP). Hipotesis dari penelitian ini adalah akibat mikrogravitasi dampaknya redistribusi cairan tubuh ke arah kepala.
Mikrogravitasi juga nampaknya mengubah struktur otak para astronaut. Walaupun Mars memiliki gravitasi yang berbeda-beda, efek kesehatan yang dihasilkan tetaplah sama terhadap semua penjelajah. Bayi yang lahir di Mars juga akan punya masalah saat menyesuaikan diri dengan Bumi.
Di Mars penduduk hanya perlu mengubah gen bayi mereka agar dapat beradaptasi dengan kondisi yang baru. Namun, hal ini tentu akan membawa perubahan pada etika dan kehidupan sosial mereka. Bisa jadi akan ada pelarangan mengenai perizinan untuk mempunyai anak, juga tidak akan menerima individu yang lemah demi kebaikan bersama.