Facebook Masih Jadi 'Karpet Merah' ISIS

Logo kelompok militan ISIS.
Sumber :
  • Reuters/Alaa Al-Marjani

VIVA – Raksasa media sosial Facebook kembali menjadi bulan-bulanan karena belum berhasil menghapus konten radikal di platformnya.

Hal ini membuat kelompok teroris ISIS leluasa merekrut calon jihadis di Facebook. Tidak lama setelah skandal Cambridge Analytica menimpa perusahaan milik Mark Zuckerberg itu, kini Facebook terjerat ke dalam perdebatan baru tentang kebijakan kontraterorisme.

Facebook dituduh memfasilitasi ribuan ekstremis ISIS kepada satu sama lain melalui fitur "suggested friends" atau teman-teman yang disarankan, seperti dikutip situs Sputniknews, Rabu, 9 Mei 2018.

"Ini adalah bukti ketidakmampuan Facebook atau ketidakmauan untuk secara efisien menangani konten ekstremis di platform mereka," ungkap peneliti Gregory Waters.

"Kegagalan untuk secara efektif mengawasi platform-nya telah memungkinkan Facebook untuk menjadi tempat di mana jaringan pendukung ISIS tetap ada, sehingga mereka dengan leluasa menyebarluaskan propaganda untuk merekrut anggota baru," papar Waters.

Namun, Facebook membantah tidak ada tempat bagi teroris di platform-nya. Mereka juga mengaku bekerja "agresif" untuk memastikan bahwa tidak ada kelompok yang terkait dengan terorisme menggunakan platform mereka.

"Sistem otomatis Facebook secara efektif melacak hampir 99 persen konten pro-ISIS. Meski begitu belum ada perbaikan teknis yang mudah untuk memerangi ekstremisme online," bunyi keterangan resmi Facebook.

Melalui serangkaian algoritma yang rumit, Facebook mengklaim berhasil menemukan pengguna yang memiliki "kepentingan yang sama," dan lebih khusus, 1.000 pendukung ISIS di 96 negara yang akunnya dianalisis dalam kerangka penelitian baru.

Yang menjadi fokus penelitian baru Facebook adalah sejauh mana fitur "suggested friends" berperan penting dalam membantu para teroris ISIS membangun ikatan antarkomunitas serta mempromosikan materi propaganda mereka.

Temuan ini dijadwalkan akan dipublikasikan pada bulan ini dalam laporan lengkap yang disiapkan oleh "The Counter Extremism Project" atau Proyek Kontra Ekstremisme.

Proyek merupakan sebuah organisasi nirlaba yang baru-baru ini meminta perusahaan teknologi untuk berbuat lebih banyak untuk menghapus materi teroris yang sudah diketahui dari sumber online.