Drone Mitigasi Bencana Buatan Anak Bangsa, Nasibnya Kini
- VIVA.co.id/Adi Suparman
VIVA – Pesawat tanpa awak karya mahasiswa Institut Teknologi Bandung, Drone Folding Wing UAV, terus mengalami pengembangan.
Drone yang dirancang dan sudah diperlombakan pada 2017 ini memasuki tahap inovasi sistem komunikasi dan kerangka sayap pesawat.
Perancang Sistem Drone Folding Wing, Tegar Satria menjelaskan, tahun ini pengembangan sistem komunikasi pesawat dan sayap, serta riset solusi penuntasan kendala, intens dilakukan.
Ia menargetkan kendali pesawat saat terbang dengan operator melebihi radius dua kilometer dan pengendalian lebih dari satu pesawat stabil tanpa gangguan sinyal luar (intervensi).
"Untuk sekarang yang sedang dilanjutkan itu lebih ke perancangan desain. Perkembangan sekarang agak berbeda dengan rencana kemarin," kata Tegar kepada VIVA, Senin 23 April 2018.
Menurutnya perubahan rencana target di tahun ini adalah pengoperasian drone mampu digunakan oleh khalayak. Seperti diketahui drone dengan ukuran satu meter ini dirancang untuk kebutuhan mitigasi bencana dan militer.
"sekarang bagaimana caranya biar produk ini bisa memiliki mode default agar mudah dipakai orang lain. Kami juga mengembangkan sistem komunikasinya dengan tujuan bisa kontak antarpesawat dan mengontrol di bawahnya. Intinya, mengkomunikasikan lebih dari dua pesawat," tutur dia.
Tegar bercerita bahwa sepanjang tahun lalu, sistem komunikasi drone ini masih lemah dalam menyesuaikan dengan kondisi cuaca ekstrem yang mengakibatkan jaringan dengan operator terputus.
"Syukurnya, sih, tidak jatuh karena sudah di-setting otomatis kembali ke lokasi peluncuran dengan aman," katanya. Untuk pengembangan aerodinamis, sayap pesawat jenis Air Foil sudah diperbarukan untuk memperkuat daya angkat pesawat saat diluncurkan atau take-off.