Gojek Disuntik Allianz Rp474 Miliar

Driver ojek online.
Sumber :
  • VIVA/Robbi Syai'an

VIVA – Perusahaan asuransi dari Jerman, Allianz, mengikuti langkah perusahaan besar lainnya di dunia yang menyuntikkan dana ke Gojek.  Allianz memberikan dana sebesar US$35 juta atau sekitar Rp474 miliar ke perusahaan yang dipimpin Nadiem Makarim itu.

Dilansir melalui TechCrunch, Rabu, 11 April 2018, suntikan dana itu berasal dari Allianz X, anak usaha Allianz yang mengurusi investasi digital. Gojek merupakan perusahaan pertama di Asia Tenggara yang disuntik Allianz. Sebelumnya, perusahaan itu hanya mau mendanai perusahaan-perusahaan berbasis di Eropa.

"Gojek telah membuktikan mereka sukses dan berpengalaman di dunia transportasi, logistik dan sektor pembayaran. Kami ingin terus mendukung mereka untuk terus tumbuh ke depannya," ujar Nazim Cetin, CEO dari Allianz X, seperti dilansir TechCrunch.

Allianz merupakan perusahaan berikutnya yang telah mengucurkan dana ke Gojek, setelah Google, Tencent, perusahaan e-Commerce China JD.com, dan perusahaan layanan antar China Meituan. Usai disuntik, nilai perusahaan Gojek langsung meningkat menjadi US$4,5 miliar atau Rp60 triliun.

Gojek dan Allianz sendiri kabarnya telah lama saling mengenal. Hubungan keduanya dimulai sejak dua tahun lalu, ketika Allianz menjadi provider asuransi untuk para driver Gojek dan keluarganya. 

Pihak Allianz juga mengatakan jika mereka berencana untuk meningkatkan akses ke produk asuransi dan layanan untuk partner Gojek dan konsumen. Langkah inilah yang kemudian dijadikan dasar dari isu yang berkembang, yang menyebut Gojek akan mulai masuk ke layanan produk finansial di Indonesia. Sebelumnya, Gojek pun telah sukses memperkenalkan alat pembayaran cashless, Gopay.

Gojek memang menarik untuk investasi. Apalagi usai Grab berakuisisi dengan Uber. Bahkan Gojek memutuskan untuk berekspansi ke beberapa negara di Asia seperti Philipina, Thailand, Vietnam, sampai Singapura.

Indonesia diharapkan akan menjadi negara utama pemicu pertumbuhan ride-hailing di Asia Tenggara, yang diprediksi akan memiliki kenaikan revenue dari US$5 miliar di tahun 2017 menjadi lebih dari US$20 miliar di 2025. Setidaknya itu menurut data terbaru dari Google dan Temasek.