Kenapa Kawah Ijen Keluarkan Gas Beracun

Wisata Kawah Gunung Ijen di Banyuwangi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

VIVA – Gunung Ijen di Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, kembali mengeluarkan gas beracun. Gas itu turun ke pemukiman warga di Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen. Dampaknya, ratusan warga terpapar gas beracun tersebut dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Kepala Pusdatin Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, ada 178 warga yang terdampak dan 30 warga jiwa terpapar gas beracun, berupa gas belerang berkonsentrasi pekat. 

Relawan Kebencanaan, Ma'rufin Sudibyo menjelaskan, gas belerang (SO2) biasanya bercampur dengan air. Umumnya, SO2 dihasilkan dari aktivitas. 

Dia menganalisis belerang yang ditambang di Kawah Ijen berasal dari sebuah solfatara, atau lubang keluaran SO2. Lubang tersebut biasanya bersuhu tinggi. Pada lingkungan Kawah Ijen, penduduk sekitar memadatkan gas SO2.

"Gasnya disalurkan via pipa logam atau tanah sepanjang 100-an meter ke bawah ke dekat bibir danau kawah. Lalu dibiarkan menyublim menjadi padat pada suhu antara 130-170 derajat celsius," jelasnya kepada VIVA, Kamis 22 Maret 2018.

Jika suhunya terlalu panas, SO2 akan menjadi uap belerang H2SO4. Perubahan ini diantisipasi oleh penduduk sekitar. 

"Sehingga ujung pipa sengaja ditaruh dekat bibir danau agar bisa disiram sewaktu-waktu jika suhunya di atas 170 derajat celsius," tuturnya. 

Terkait dengan sumber SO2 yang meracuni warga Rabu malam 21 Maret 2018, Ma'rufin menduga bukan bersumber dari solfatara yang selama ini ditambang penambang. Sumber gas beracun itu datang dari dasar kawah. 

"Indikasinya ada buatan (bubble) di permukaan danau kawah," ucapnya. 

Melihat sifat SO2 yang lebih berat dibanding gas lainnya, seharusnya bualan gas beracun ini tetap di paras danau kawah. Namun faktanya SO2 itu keluar dari danau dan meracuni warga di pemukiman tertinggi di lembah dekat Kawah Ijen, yakni Desa Kalianyar. Jarak Kawah Ijen dengan desa tersebut sekitar 6 kilometer.

"Ini estimasinya karena emisi gas SO2 sangat besar, membuat gas mengumpul cukup tinggi di atas air danau hingga meluber melalui titik dinding kawah terendah, yakni bendungan di hulu Kalipahit," jelasnya.