Kelamnya Masa Lalu Penulis Ternama Virginia Woolf
- Newsweek
VIVA – Virginia Woolf, yang namanya masuk Google Doodle pada Kamis, 25 Januari 2018, merupakan seorang penulis nonfiksi, novelis dan jurnalis.
Wanita kelahiran Kensington, Middlesex, Inggris, 25 Januari 1882, sebenarnya bernama lengkap Adeline Virginia Stephen. Namanya berubah ketika menikah dengan penulis esai keturunan Yahudi, Leonard Woolf.
Virginia dikenal dengan paham feminis yang dituangkan di beberapa novelnya. Ia lahir dari ayah seorang sejarawan dan penulis, Sir Leslie Stephen dan ibu yang seorang model lukisan terkenal bernama Julie Prinsep Stephen.
Ia memiliki tujuh orang saudara, di mana tiga saudara kandung dan empat saudara tiri. Mereka hidup bersama di Hyde Park Gate, Kensington, Inggris.
Woolf bersekolah di Ladies Department King College di London. Di sana ia belajar sastra Jerman, Yunani, dan Latin. Selama empat tahun, ia dikenalkan mengenai feminis radikal sebagai reformasi pendidikan.
Ketika ayahnya meninggal dunia pada 1904 membuat saudara-saudaranya menjual rumah keluarga di Hyde Park Gate dan pindah ke daerah Bloomsburry.
Di sinilah Virginia bertemu dengan para intelektual dan seniman, seperti Clive Bell, novelis E.M Forster, pelukis Duncan Grant, penulis biografi Lyttin Strachey, dan suaminya sendiri, Leonard.
TS Eliot (kiri) dan Virginia Woolf.
Virginia dan Leonard menikah pada 10 Agustus 1912. Karier menulisnya dimulai sejak muda saat ia mencoba membuat koran sendiri bernama Hyde Park Gate News. Koran ini berisi lelucon keluarganya.
Pada 1905, satu tahun setelah ayahnya wafat, Virginia memulai karier profesionalnya sebagai kontributor di The Times Literary Supplement, sebuah media cetak sastra mingguan.
Selain sebagai jurnalis, Virginia juga mengerjakan novel pertamanya yang berjudul Melymbrosia. Novel tersebut akhirnya terbit sembilan tahun kemudian, atau tepatnya 1915, namun judulnya diganti menjadi The Voyage Out.
Di novel pertamanya ini, ia bereksperimen dengan sastra seperti naratif yang tidak biasa dan prosa bebas. Pada 1919, novel berikutnya terbit dengan judul Night and Day dan dilanjut novel ketiganya berjudul Jacob's Room tiga tahun kemudian.
Tak hanya menulis, pasangan ini kemudian membuat kantor penerbitan sendiri bernama Hogarth Press dan berhasil menerbitkan buku karya Sigmund Freud, Katharine Mansfield, dan T.S Eliot.
Kesuksesannya sebagai penulis dan memiliki penerbitan sendiri, ternyata tidak dibarengi dengan kesehatan mental Virginia.
Gangguan mentalnya dimulai pada usia 13 tahun saat ibunya meninggal dunia karena rematik. Lalu, dua tahun kemudian saudara tirinya, Stella, menyusul.
Bukan itu saja. Virginia juga mengalami pelecehan seksual yang dilakukan dua saudara tirinya, George dan Gerald Duckworth.
Dengan begitu, sepanjang hidupnya ia harus memendam depresi yang mendalam dan perubahan emosi yang dramatis. Rasa depresinya itu tertuang dalam novel terakhirnya, Between the Acts.
Meski begitu bukan berarti suami tidak mengetahuinya. Leonard sadar betul atas gangguan mental yang dialami istrinya. Tapi, Virginia punya jalan lain untuk 'menyembuhkan' depresinya yang menahun.
Pada 28 Maret 1941, beberapa saat sebelum bunuh diri, Woolf mengenakan mantel yang di dalamnya diisi batu. Ia lalu berjalan ke Sungai Ouse di North Yorkshire, Inggris, untuk kemudian terjun ke sungai itu.
Aparat kepolisian menemukan mayatnya tiga minggu kemudian. Meski telah tiada, namun karya-karya Woolf bergaung selama gerakan feminisme era 1970an, sekaligus menjadi salah satu penulis paling berpengaruh di abad ke-21. (ase)