Perang Digital, Jangan seperti Handphone 'Sejuta Umat'
- Antara/ Jefri Aries
VIVA – Perkembangan intelijen dalam dunia digital dipandang semakin rumit. Untuk itu, pemerintah setidaknya harus menyesuaikan dengan perkembangan tersebut. Apalagi ke depan bisa jadi terjadi perang digital melanda Indonesia.
Pengamat intelijen, Wawan Hari Purwanto memandang intelijen di Indonesia sudah relatif berjalan dengan baik. Ia melihat pelatihan sumber daya manusia, peralatan dan pengembangan sudah masif.
Selain itu, dalam menghadapi perang digital, Indonesia sebenarnya sudah siap kemampuannya. Wawan menyebutkan para peretas Indonesia punya kemampuan di atas rata-rata.
Bahkan, kelompok peretas Indonesia ditakuti negara lain karena mampu mengintersepsi negara besar.
"Dalam perang digital, kita tak boleh seperti handphone sejuta umat. Itu Nokia tenang-tenang saja (menghadapi perkembangan). Begitu ada Android, ambruk dia," kata Wawan, dalam “Peluncuran dan Bedah Buku Intelijen di Era Digital”, di Jakarta, Rabu 10 Januari 2018.
Ia juga mengatakan, dari sisi intelijen konvensional atau human intelligence, kemampuan Indonesia juga telah mendapat pengakuan negara luar.
Sementara itu, untuk intelijen digital, menurut dia, perlu memperbaharui dan mengasah kemampuan. Ia pun meyakini, dengan kemampuan Indonesia dan intelijen punya modal kreativitas.
"Pelatihan intelijen kita kreatif. Itulah sebabnya dekade ke depan bisa jadi kekuatan dunia luar biasa," ujarnya.
Ujian intelijen digital, menurut Wawan, akan tersaji pada tahun politik dalam dua tahun ke depan. Pada tahun suksesi kepemimpinan itu, intelijen digital akan dimainkan oleh semua kubu yang berkepentingan.
"Tahun politik ini semuanya bermain, jor-joran. Bahkan kalau kuat, ya, beli juga. Sampai pada keinginan untuk mengintersepsi," katanya.