Mengenal Tapir, Hewan Langka di Sumatera

Seekor Tapirus indicus atau tapir di Labuhanbatu Selatan, Sumatra Utara
Sumber :
  • Antara Foto/Kurnia Hamdani

VIVA – Seekor satwa langka, Tapir ditemukan di kawasan Perkuburan Cina, Lingkungan Kampung Kristen, Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatra Utara, Senin 18 Desember 2017.

Tapir yang ditemukan merupakan spesies Tapir Malaysia, atau Tapirus indicus.

Tapir merupakan mamalia terbesar paling primitif di dunia. Hewan ini sudah ada sekitar 20 juta tahun lalu dan selama kurun waktu itu, tidak mengalami evolusi perubahan tubuh yang berarti. 

Mengutip Live Science, Selasa 18 Desember 2017, dilihat dari wujudnya, Tapir tampak seperti babi liar dengan moncong mirip bentuk tenggiling. Namun, hewan ini lebih dekat dengan kuda dan badak.

Kata Tapir berasal dari bahasa asli Brasil yang artinya tebal. Hal itu mengacu kulit hewan ini. Di Indonesia, Tapir lebih digolongkan pada keluarga badak. 

Deskripsi tubuh

Ukuran Tapir kira-kira sebesar keledai. Tapir punya tubuh yang membulat, berkaki pendek, dan ekor yang gemuk, mirip kuda nil. Sementara itu, mata dan telinganya kecil. Tapir punya empat jari pada tiap kaki depan dan tiga jari pada kaki belakang. 

Salah satu fitur tubuh yang khas dari Tapir adalah pada moncongnya. Fungsi moncong pada Tapir mirip dengan belalai gajah. Pada Tapir, moncongnya merupakan bibir dan hidung bagian atas. 

Menurut National Geographic, Tapir menggunakan moncongnya yang fleksibel itu untuk mengambil makanan, memetik daun dan buah dari pohon seperti belalai pada gajah. Setelah bisa mendapatkan makannya, moncong akan membawa makanan itu ke mulut mereka. 

Moncong juga berfungsi sebagai pelindung saat Tapir terancam. Dia akan menenggelamkan diri di sungai dan menggunakan moncongnya seperti snorkel. 

Sejauh ini, ada lima spesies Tapir yang ukurannya relatif sama. Yaitu Tapir Baird (Tapirus bairdii/Tapirella bairdii), Tapir Malaysia (Tapirus indicus/Acrocodia indica), Tapir Kobamani (Tapirus kabomani), Tapir pegunungan (Tapirus pinchaque) dan Tapir Brasil (Tapirus terrestris). 

Meski dikenal ada lima spesies, namun sejatinya spesies Tapir Kabomani menjadi perdebatan. International Union for Conservation of Nature (IUCN) tak memasukkan Tapir Kabomani sebagai spesies yang terancam. 

Habitat

Tapir merupakan hewan herbivora, yang mengonsumsi vegetasi seperti daun dan buah. Untuk menemukan jejak air dan vegetasi, Tapir mengikuti jejak yang dibuat oleh kaki Tapir lainnya. Tapir juga menyelam ke dasar lubang berair untuk memakan vegetasi di bawah bawah air. 

Keturunan

Menurut IUCN, Tapir memiliki masa kehamilan relatif lama dalam 13 bulan dan Tapir betina hanya mengeluarkan satu keturunan tiap kelahiran. 

Anak tapir yang lahir bobotnya antara 7 sampai 10 kilogram. Anak Tapir tumbuh dengan motif tubuhnya bergaris-garis, pola mirip semangka dengan garis-garis cokelat putih di tubuh dan kaki. Pola tubuh ini berfungsi sebagai kamuflase, tapi pola garis unik ini akan menghilang saat usia mereka bertambah tua.

 

Hewan ini ukurannya sekitar 74 sampai 107 centimeter dari kaki ke bahu dan bobotnya bisa mencapai 227 sampai 363 kilogram.

Anak Tapir tidak disapih dalam waktu tertentu. Biasanya induk Tapir akan memutuskan menyusui anaknya sekitar 10 sampai 12 bulan setelah kelahiran. Anak Tapir akan berhenti menyusu saat induknya siap punya keturunan lain. 

Anak Tapir puncak bertumbuh pada usia 18 blan. Tapir saat usia 2 sampai 4 tahun siap untuk kawin dan bisa hidup selama 25 sampai 30 tahun.

Terancam punah

Dari keempat spesies Tapir selain Tapir Kabomani, IUCN memasukkan mereka ke dalam daftar merah, artinya spesies ini terancam punah. 

Tapir pegunungan dan Tapir Baird masuk dalam daftar terancam punah karena populasinya menurun lebih dari 50 persen dalam 33 tahun. Penurunan spesies ini diperkirakan bakal lebih dari 50 persen dalam 30 tahun ke depan. 

Tapir Asia atau Tapir Malaysia dan Sumateara juga masuk dalam daftar punah, Diperkirakan penurunan populasi spesies ini lebih dari 50 persen dalam tiga generasi berikutnya. Ancaman kepunahan ini faktor utamanya karena hilangnya habitat. 

Sedangkan Tapir Brasil terdaftar sebagai spesies yang rentan, diperkirakan populasinya berkurang 30 persen dalam tiga generasi terakhir. Penurunan populasi spesies ini disebabkan hilangnya habitat, perburuan liar dan persaingan dengan ternak. 

IUCN memperkirakan spesies ini bakal terus menurun sampai tiga generasi berikutnya. 

Fakta lain

Tapir Baird merupakan mamalia darat terbesar di Amerika Tengah dan Selatan. Panjang tubuh spesies ini rata-rata 2 meter. Spesies ini tingginya rata-rata 73 sampai 120 centimeter. Tapir Baird dewasa bobotnya sekitar 150 sampai 400 kilogram.