Terungkap, Bulan Menyimpan Banyak Air

Ilustrasi permukaan Bulan, hasil rekaan tim Badan Antariksa Eropa (ESA).
Sumber :
  • www.esa.int

VIVA.co.id – Peneliti Universitas Brown, Amerika Serikat, mengungkapkan interior Bulan menyimpan banyak air. Kandungan air di dalam perut satelit Bumi ini terlacak, berkat endapan vulkanik kuno di Bulan. 

Peneliti mendeteksi adanya banyak air di dalam interior Bulan dengan menganalisis data pengamatan satelit India, Chandrayaan-1. 

Dikutip dari Space, Rabu 26 Juli 2017, peneliti mempelajari endapan piroklastik Bulan, sebuah lapisan batu di permukaan Bulan yang terbentuk dari erupsi vulkanik besar. 

Dalam studinya, peneliti menganalisis data permukaan Bulan melalui instrumen Moon Mineralogy Mapper satelit Chandrayaan-1. Instrumen ini mengukur pemantulan sinar Matahari pada panjang gelombang inframerah yang terlihat, serta panjang gelombang mendekati inframerah. 

Untuk memperkirakan jumlah air yang terjebak di dalam endapan piroklastik, peneliti mengisolasi sinar Matahari yang dipantulkan dari energi panas yang dipancarkan permukaan panas Bulan. 

Hasilnya, tim peneliti menemukan adanya penyerapan yang lebih besar atau kurang sinar Matahari yang terpantulkan pada panjang gelombang endapan piroklastik. 

"Ini mengindikasikan panjang gelombang endapan itu mengandung H2O," jelas pemimpin studi Ralph Miliken.

Sebelum menganalisis data dari satelit India itu, tim peneliti mendeteksi jumlah jejak air dalam sampel vulkanik serupa yang dibawa dari misi Apollo 15 dan 17. Pada sampel itu, ternyata dikoleksi bukan dari endapan piroklastik yang dipetakan dalam studi baru itu. Dengan kondisi itu, peneliti meragukan sampel Apollo itu mewakili kondisi air di Bulan. 

"Pekerjaan kami menunjukkan, hampir semua endapan piroklastik besar juga mengandung air. Jadi, ini tampaknya merupakan karakteristik umum magma yang berasal dari interior dalam Bulan. Artinya, sebagian besar mantel Bulan kemungkinan basah," ujar Miliken. 

Teka-teki selanjutnya adalah bagaimana proses air masuk ke dalam interior Bulan. Miliken menduga, prosesnya adalah berawal dari peristiwa benturan raksasa yang akhirnya melahirkan Bulan terlalu energik dan terlalu panas.

Miliken mengatakan, kemungkinan air masuk begitu adanya tumbukan besar entah dari komet pembawa air dengan asteroid, dan saat Bulan belum mendingin dan memadat, air sudah masuk di dalamnya.  

Dalam studi terbaru, Miliken menjelaskan, jumlah air besar di Bulan juga terdapat dikerak satelit Bumi tersebut. Peneliti menuturkan, air hadir di dalam perut Bulan pada masa awal pembentukan Bulan. Air hadir sebelum Bulan sepenuhnya padat. 

"Kami mengamati air dalam endapan Bulan yang ada di permukaan (Bulan) pada saat ini. Endapan itu adalah hasil dari magma yang awalnya muncul dari interior Bulan," jelasnya. 

Untuk itu, ujar dia, mengingat produk magma erupsi Bulan telah memiliki air, maka interior dalam Bulan juga berisi air. 

Dampak temuan endapan piroklastik yang menandakan bagian dalam Bulan menyimpan air menjadi sangat penting. Sebab, misi ke depan di Bulan bisa memanfaatkan endapan itu untuk menambang menjadi air. 

Penambangan air dengan endapan itu dinilai lebih mudah dibanding menambang air dari es yang ada di bagian gelap kutub Bulan. Ke depan, peneliti ingin memetakan endapan piroklastik secara lebih rinci sehingga bisa lebih memahami bagaimana konsentrasi air bervariasi di antara endapan berbeda di permukaan Bulan. (asp)