Sujud dalam Salat Bermanfaat untuk Kesehatan Otak
- ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
VIVA.co.id – Salah satu posisi dalam ibadah salat adalah sujud. Dalam posisi ini, tujuh tulang dalam tubuh, yakni kepala-dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, ujung kaki diletakkan pada lantai. Sehingga posisi dahi, hidung, telapak tangan, kedua lutut dan kaki sejajar di atas permukaan Bumi.
Dalam kajian Profesor dan Dekan School of Biomedical Sciences National Health University California, Amerika Serikat, Taruna Ikrar, posisi sujud melibatkan peredaran darah dan saturasi oksigen otak yang akhirnya berhubungan dengan kesehatan otak.
Menurutnya, pada posisi seperti ini dan akibat kekuatan gravitasi Bumi menyebabkan aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak, serta berbagai bagian kepala lainnya.
Posisi jantung di atas otak dalam posisi sujud, kata dia, menyebabkan darah yang kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke bawah atas pengaruh gravitasi bumi, sehingga mengalir sempurna ke daerah otak.
"Aliran tersebut akan memperkaya saturasi, atau kandungan oksigen, serta berbagai zat-zat utama yang dibutuhkan oleh otak," jelas pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan itu kepada VIVA.co.id melalui pesan tertulisnya, Jumat 7 Juli 2017.
Sebagaimana diketahui bahwa otak, merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Sehingga, dengan penambahan oksigen dalam jumlah tertentu akan meningkatkan proses pembentukan dan koneksi sinapsis di antara milliaran sel-sel saraf.
Taruna menjelaskan, dengan demikian artinya, otak mendapatkan pasokan darah yang kaya oksigen, sistem imun, neurotransmitter, serta zat-zat nutrisi yang sangat dibutuhkan otak, sehingga sujud tersebut akan memacu kerja sel-selnya.
Selanjutnya, sebagaimana diketahui, dalam ilmu neurosains, struktur otak manusia yang begitu kompleks terdiri dari 100 miliar sel. Dalam setiap sel neuron otak terdapat sekitar 10 ribu koneksi, yang disebut sinapsis, sehingga total koneksi di otak, hingga ribuan trilliun sinapsis, atau koneksi.
Koneksinya itu dari segi struktur, organisasi, jaringan, dan fungsionalnya. Struktur, koneksi, atau trilliunan sinapsis otak ini, sangat membutuhkan pasokan nutrisi, atau gizi, oksigen, serta neurotransmitter dan agen imun tubuh, yang bisa menjaga proses fisiologi otak yang sempurna.
Proses fisiologi yang sempurna ini, bisa menjaga dan meningkatkan proses plastisitas, neurogenesis, atau perbaharuan, serta dinamika fungsi sistem saraf di dalam otak.
"Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah, yang pada akhirnya menjamin pemenuhan semua kebutuhan sistem saraf berupa, oksigen, electrolit, neurotransmitter, enzim-enzim, serta semua kebutuhan utama otak secara maksimal dan efisen," jelas Taruna.
Dia mengatakan, pada pandangan ilmu electrodinamik, sujud adalah proses grounding seluruh energi tubuh manusia, sebagai upaya penghambaan dan menjadikan kepastian bahwa penghambaan dan penyembahan, merupakan kewajiban seorang hamba, yang akan membawa dampak yang sangat penting bagi kehidupannya.
Dengan manifestasi ketundukan pada Sang Pencipta pada posisi sujud tersebut, Taruna menuturkan, akan memberikan kepastian kehidupan dan ketenangan batin, rohani dan spiritual. Sehingga, pada gilirannya akan menimbulkan rasa aman, damai, dan tenang, serta kebahagiaan hidup secara fisikal biologi dan rohaniah atau spiritual menjadi seimbang.
Keseimbangan keduanya, akan memberikan dampak secara biologi sistem saraf berupa harmonisasi neurotransmitter sistem saraf seperti epinephrine, dopamine, acetyl choline, demikian pula keseimbangan antara excitatory dan inhibitory neuron.
"Kondisi ini akan memberikan rasa spiritual atau jiwa yang tenang. Jauh dari perasaan khawatir, stres, cemas, dan berbagai manisfestasi negatif dari psikoneurologis. Kondisi ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung akan meningkatkan kesehatan otak," jelasnya.
Berikutnya, manfaat sujud>>>
***
Taruna menjelaskan, jika secara rutin melakukan gerakan sujud yang tepat dan benar, akan mendapatkan sejumlah manfaat dalam konteks fungsi otak sebagai berikut:
1. Peningkatan saturasi oksigen, nutrients (zat-zata makanan dan electrolit), serta neurotransmitters di otak.
2. Meningkatkan sipnapsis dan neurogenesis/perbaharuan sel-sel saraf.
3. Peningkatan rasa bahagia sebagai manifestasi unsur ketakwaan dan penghambaan.
4. Menurunkan rasa cemas, stres, khawatir dan ketakutan.
5. Memperbaiki harmonisasi atau keseimbangan sistem saraf, khususnya berhubungan dengan eksitatori dan inhibitori neurons. (asp)